Bulan: April 2010

ALANGKAH SENANGNYA JADI PEGAWAI

ALANGKAH SENANGNYA JADI PEGAWAI

Oleh: Jum’an

Tahukah anda berapa bunga deposito sekarang? Setengah persen sebulan. Artinya deposito sejuta hanya akan menghasilkan bunga lima ribu rupiah dan deposito sepuluh juta baru menghasilkan lima puluh ribu sebulan. Kalau biaya keluarga anda 5 juta sebulan dan mau mengandalkan dari bunga deposito, anda harus mempunyai simpanan sebesar satu milyar di bank. Bagi anda yang lain yang pengeluarannya sepuluh juta sebulan harus punya deposito dua milyar.

Untuk seorang pegawai yang biasanya tidak becus berbisnis karena otaknya memang otak birokrat, deposito merupakan pilihan utama sesudah umur 55 nanti. Mudah dimengerti kalau dia berusaha mengumpulkan sedikitnya dua milyar sebelum pensiun, bagaimanapun caranya. Kalau anda tidak memahami tandanya anda yang kurang gayus (eh, kurang gaul). Kalau tidak bersiap-siap dari sekarang, bagaimana dia harus membiayai sisa hidupnya yang masih seperempat abad lagi?

Saya pernah menikmati hidup yang lebih mudah dan sederhana. Hidup yang lebih layak ditempuh. Waktu kecil dulu keluarga saya hidup dari sepetak sawah dan sedikit tanah pekarangan. Hasil panen padi dikeringkan dan disimpan dalam lumbung yang terletak didalam rumah. Setiap kali padi diambil dari lumbung dan ditumbuk menjadi beras. Sebagian untuk dimakan dan sebagian kecil lagi dijual kepasar untuk membeli bahan-bahan yang tidak bisa diperoleh dari tanaman seperti sabun, garam dan ikan asin. Begitu berjalan dari musim panen ke musim panen berikutnya. Apabila musim kemarau terlalu panjang dan padi dilumbung tidak mencukupi, sumber karbohydrat kami ganti singkong atau jagung.

Hidup desa yang alami itu telah lama hilang karena nasib telah membawa saya kekehidupan kota yang serba uang. Sawah dan pekarangan itu telah bertukar menjadi gaji bulanan. Lumbung padi telah berubah menjadi nomor rekening, lesung dan alunya menjadi kartu kridit. Itulah andalan hidup saya dari bulan kebulan dari tahun ketahun. Hidup gajian memang mengkhawatirkan. Ada demo ada pehaka, ada absen dan skorsing dan masih banyak lagi.

Rasanya dulu hidup saya murni berada dalam lindungan Alloh, tetapi sekarang seperti banyak yang merecoki. Atasan, serikat buruh, absen, ya Pak ya Bu…

Tapi tunggu dulu… Meskipun sampai karatan jadi pegawai mustahil untuk mengumpulkan dua milyar, saya bersyukur karena cukup sandang dan cukup pangan. Papanpun ada ala kadarnya. Saya pernah di pehaka, tetapi diberi pesangon cukup dan bulan berikutnya diterima ditempat lain dengan gaji yang lebih besar. Pehaka pun bisa membawa berkah. Sementara tidak sedikit bisnismen yang bangkrut dan petani yang bertambah miskin. Mungkin semua sama saja. Hanya saja, lain tanaman lain pula pupuk dan hamanya. Siapa tahu menjadi pegawai paling murah pupuknya paling ringan hamanya. Ada bonus, ada cuti, ada THR dan ada pesangon. Alhamdulillah alangkah senangnya menjadi pegawai……..

DI SORGA KITA BERSAMA KAN MAH?

DI SORGA KITA BERSAMA KAN MAH?

Oleh: Jum’an

Di sorga nanti kita sama-sama kan mah? Bersama papa juga kan mah? Ya sayang kita akan selalu bersama-sama. Mama, papa dan kamu. Begitu barangkali seorang ibu akan memilih jawaban simbolik untuk pertanyaan putri kesayangannya. Ia bahkan tidak menyertakan kata insyaalloh, karena khawatir kalau-kalau jawaban itu kurang meyakinkan putrinya. Sementara hatinya sendiri dipenuhi dengan pertanyaan, keraguan dan harapan. Mungkinkah akan sampai disana dan bersama-sama? Semudah itu kah, atau sesulit apa? Apakah cukup dengan bersaksi akan keesaan Tuhan dan hidup wajar tanpa neko-neko atau harus melalui titian serambut dibelah tujuh diatas jurang api?

Hati saya pun selalu diliputi kekhawatiran kalau mendengarkan uraian tentang sorga dengan keindahan dan kenikmatannya. Seperti selalu ada bisikan: tapi itu jauh dan belum tentu kamu akan sampai disana. Berbeda dengan waktu saya menonton wisata kuliner di TV, kalau perlu besok malam kita kesana sekeluarga. Apalagi pada tanggal muda, dompet belum terlalu kurus.

Saya suka dengan orang-orang yang optimis dan bersemboyan Siapa Takut!! ”Saya bukan maling, saya tidak main perempuan, saya tidak syirik dan tidak membunuh orang. Lagipula kasih sayang Alloh melebihi segalanya. Insyaalloh saya termasuk ahlil jannah. Kau juga. Kita akan bertemu disana kelak”. Rasanya seperti mendapat angin semilir kalau baru bertemu dengan sahabat-sahabat yang begitu optimis. Tetapi saya tidak kurang hormat kepada mereka yang sering membuat saya merasa merinding. Dunia ini tempat kita diuji kata mereka. Amal sebesar apapun kalau tidak suci niatnya tidak ada gunanya dan akan ditolak. Bisa saja kita solat tepat waktu setiap saat sampai jidat menghitam, kalau tidak benarr-benarr lillahi ta’la, maka nerakalah tempatnya. Tidak ada rumusnya ”kita bersama-sama kan mah, papa juga kan mah?” Masing-masing akan diadili sendiri-sendiri. Hari itu tak ada kata tolong menolong antara bapak dan anak sekalipun.

Lalu saya ini, kenapa tidak seoptimis mereka yang bersemboyan Siapa Takut dan tidak setegar mereka yang suka mengatakan: percuma solat kalau hatinya tidak bersih. Saya lebih suka pada yang optimis, tetapi ingin juga berhati bersih.

Tarsa, supir kantor tadi pagi bilang bahwa dia baru meng-gesper (menyabet pantat dengan kepala ikat pinggang sampai jejeritan) anaknya karena main dikali tidak pulang-pulang. Sesudah reda tangisnya, dielusnya kepala anaknya itu lalu diajaknya jajan kewarung Pok Mini. Begitu cara dia mendidik anak.

Perlukah saya sekali-sekali di gesper sampai jejeritan lalu diajak jajan? Agar seimbang antara ketakutan dan harapan. Semoga kita menjadi ahlil jannah… Amiin.

UMAMI DAN KEMISKINAN

UMAMI DAN KEMISKINAN

Oleh: Jum’an

Citra kantor saya sungguh tidak sedap kalau ditinjau dari segi menu makanan sehari-hari karyawannya. Penuh fanatisme yang tidak mendasar ibarat taklid buta dalam agama. Disebalah kiri saya, yaitu Pak Bos, seorang anti buncis. Apa saja mau asal bukan sayur buncis. Bihunpun dia doyan. Katanya sayur buncis mengingatkan kepada kemiskinan masa kanak-kanaknya dulu. Disebelah kanan saya orang Binjai anti bawang goreng seolah-olah barang yang najis dan haram. Dipojok sana Ratna, seorang gadis semampai adalah seorang maniak garam, makanan apapun, termasuk singkong goreng, ditaburi garam seperti membedaki bayi yang baru dimandikan. Dia mengaku menjilat-jilat garam saja sudah enak rasanya. Meskipun demikian ia adalah penderita tekanan darah rendah yang sering sempoyongan. Untuk melengkapi citra buruk, nona Yulia dibagian keuangan sangat fanatik dengan kecap. Makan tanpa kecap seperti mandi tidak pakai sabun katanya. Telor rebuspun dia cocolkan kedalam kecap.

Sementara itu menurut kerabat saya yang baru datang dari desa, ibu-ibu disana (yang kebanyakan masih famili saya) mempunyai kebiasaan menyuapi anaknya dengan nasi putih bertabur bumbu masak ajinomoto tanpa lauk apapun yang lain. Mereka merasa senang karena anak-anak yang biasanya rewel kalau makan ternyata lahap dengan menu sederhana itu. Rasa lebih perlu dari gizi, enak lebih penting daripada vitamin. Itulah konsep makan orang miskin: yang penting enak.

Satu abad yang lalu yaitu pada tahun 1908, Dr. Kikunai Ikeda telah menemukan ”rasa gurih” yang secara internasional kemudian dikenal sebagai rasa umami sewaktu beliau meneliti kaldu rumput laut yang disana dikenal sebagai kombu dashi. Penemuan ini segera mendunia dan rasa gurih dikokohkan sebagai rasa dasar ke lima setelah asin, manis, asam dan pahit. Salah satu sumber rasa umami yang paling populer yaitu Mono Sodium Glutamat (MSG) telah diproduksi secara besar-besaran dintaranya dengan merek Ajinomoto. Ikeda berharap penemuan ini akan meningkatkan asupan gizi masyarakat Jepang saat itu karena dengan umami makanan yang hambar terasa lebih lezat.

Dr. Kikunai Ikeda pasti tidak menyangka bahwa seabad kemudian dinegeri bekas jajahannya, jauh dipelosok desa, umami telah membantu rakyat miskin yang tidak mampu membeli lauk-pauk dan menggantinya dengan satu rasa gurih saja. Sebagai alternatif semboyan empat sehat lima sempurna muncul semboyan: pokoknya satu kenyang dua gurih……………….

Tetapi jangan kurangi penghormatan anda terhadap penyedap rasa ini. Menurut Purwiyatno Haryadi Ph.D. Direktur SEAFAST Center IPB sekaligus pakar teknologi pangan, MSG telah dievaluasi oleh FAO dan WHO dan dimasukkan dalam kategori aman. Purwiyatno hanya memberi catatan: ”Semua makanan jika dikonsumsi secara berlebihan pasti tidak baik bagi tubuh. Tetapi kalau sesuai takarannya akan bermanfaat”

Itulah soalnya. Kaum miskin selalu kelebihan kalau menakar bumbu masak.

NAFSUL MUTMAINNAH

NAFSUL MUTMAINNAH

Oleh: Jum’an

Sulitnya menggaruk punggung diantara dua tulang belikat. Tangan kiri tak sampai tangan kananpun tak sampai. Lewat atas sulit lewat bawahpun sulit. Padahal dekat belikat sering berasa gatal karena sulit dan jarang saya membersihkannya. Saya tidak pernah melihatnya sebersih apa sekotor apa. Kalau saja Tuhan tidak menyertakan rasa sakit pada luka, mungkin punggung ini sudah berlubang atau membusuk tanpa ketahuan.

Dalam lamunan saya yang keanak-kanakan selalu muncul keinginan untuk melihat diri sendiri arah belakang. Tuhan telah menciptakan dua permukaan berbeda untuk kita yang tidak pernah saling bertemu selamanya, melekat satu sama lain. Apa manfaatnya Tuhan menyembunyikan punggung dari mata? Mungkin sekedar untuk menunjukkan kelemahan manusia yang tidak akan pernah tahu rahasia dirinya. Antara punggung dan dada tempat terlindungnya semua instalasi kehidupan, mengapa saya sebagai pemiliknya hanya diizinkan melihat yang sebelah saja? Saya bangga dapat menepuk dada tetapi dengan punggung, menggaruknyapun saya mengalami kesulitan.

Sebenarnya saya bukan hanya ingin melihat penampilan saya dari belakang, tetapi juga bagian penting saya yang lain yang tak terjangkau oleh panca indera. Yang selama ini kurang terawat, yang perlu digaruk karena selalu gatal dan yang harus dijaga agar tidak berlubang dan membusuk. Saya selalu berusaha untuk membujuknya agar mau mendekat dan tinggal bersama tetapi tidak pernah ada hasilnya. Kadang-kadang saya menemukannya dalam keadaan terlunta-lunta, dekil, berkudis dan lapar. Lau saya rawat, saya pelihara dan saya obati kurap dan kudisnya. Tetapi dia tidak pernah mau tingal lama. Begitu merasa dirinya pulih, diam-diam ia menyelinap pergi, kembali mengembara tak tentu arah. Begitu berulang-ulang terjadi.

Seandainya saja dia tidak selalu gelisah dan mau berjinak-jinak tentu saya akan merasa senang. Saya ingin memanggilnya dengan nama nafsul mutmainnah. Terakhir saya berjumpa saya katakan kepadanya bahwa pada saatnya nanti, saya harus pergi sedangkan dada dan punggung saya tidak bisa ikut, jadi dialah yang akan menjadi saya satu-satunya. Karena itu saya minta agar jangan selalu berkelana mengembara kemana-mana. Kalau ia tidak betah tinggal dan selalu pergi, lama-lama pulangpun tidak lega dan tidak rela. Dan kalau pulang dengan tidak rela, Dia pun tidak rela menerima kepulangannya, yaitu kepulangan saya. Ya ayuhan nafsul mutmainnah, kapankah engkau menjadi saya?

TAKLUKNYA SEORANG KOMANDAN

TAKLUKNYA SEORANG KOMANDAN

Oleh: Jum’an

Ada yang tidak bertambah tua dalam diri saya. Ada sisi yang tetap anak-anak meskipun usia telah lanjut. Mungkinkah karena saya anak bungsu atau karena saya Timur atau karena saya Islam atau semua orang memang seperti saya. Saya ingin mensyukurinya sebagai karunia tetapi khawatir kalau-kalau hal ini ternyata tidak lebih dari kolokan anak bungsu yang tidak kunjung sembuh. Tetapi sekian lama saya membiarkannya, aman-aman saja dan tidak ada orang yang mengomentarinya.

Banyak pria atau wanita ditengarai maupun tidak, sangat dipengaruhi dan bahkan dapat dikatakan hidup dibawah bayang-bayang kakak perempuan mereka. Tidak selalu berarti baik atau buruk. Untuk mencermatinya, mari kita dengar lebih dulu apa kata orang tentang seorang kakak perempuan.

Kakak perempuan adalah orang yang telah menjadikan kita setengah anak-anak dan setengah dewasa untuk selamanya. Orang luar melihat kita tumbuh dewasa dan berprestasi. Dokter spesialis mungkin, tetapi dimata kakak perempuan, kita tidak lebih dari adiknya yang dulu ingusan dan ia gendong kemana-mana.

Kalau saya sedang bercerita kepada seseorang, kakak perempuan saya kadang-kadang tersenyum karena dia tahu persis dimana saya telah menyelipkan kebohongan atau berlebihan. Susahnya dia itu tidak bisa kita ceraikan seperti istri dia tetap terhubung dengan kita melalui ikatan DNA keluarga yang sama.

Alkisah teman saya seorang komandan yang garang, diam-diam merencanakan untuk menikah lagi. Semua kakak laki-lakinya merestui atau setidak-tidaknya memahami. Tetapi entah dimana bocornya, berita itu sampai terdengar oleh dua kakak perempuannya. Ketika sendirian dirumah, kedua kakaknya itu datang menyerbu masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. Selama dua jam komandan garang itu diinterogasi, dibentak, dijewer dan dituding-tuding mukanya, tanpa melawan sedikitpun. Kedua jaksa sekaligus hakim wanita itu melakukan cuci otak, mengingatkan segala malapetaka yang akan menimpa kalau rencana poligami itu tidak dibatalkan. Betapa palsunya sumpah setia yang sudah diucapkan kepada isterinya dulu. Malu mereka sebagai kakaknya. Walhasil seperti maling yang ditelanjangi akhirnya teman saya pasrah dan bersumpah untuk tidak meneruskan rencananya.

Pada kesempatan lain, saya sedang mengantarkan kakak perempuan saya ketika tiba-tiba saya distop polisi karena salah jalur. Saya biasanya cepat melemah dan mengaku salah kalau menghadapi polisi. Tetapi kali ini kakak perempuan saya saya yang mengatasi. ”Adik saya memang salah, sudah saya ingatkan tadi tetapi karena lelah pulang kantor jadi khilaf. Kasihan Pak.” Entah kenapa polisi itu membebaskan saya tanpa banyak bertanya kecuali: ”Lagi-lagi hati-hati. Silahkan jalan”.

Kakak perempuan yang telah menjadikan kita setengah anak-anak selamanya, kebanyakan tidak memperoleh penghormatan yang sepantasnya dalam keluarga. Saya kira mereka berhak atas penghormatan yang lebih, setingkat dibawah ibu.

Selama ini kakak perempuan lebih diperlakukan sebagai rumput ilalang dalam kehidupan keluarga. Mereka dianggap sebagai sosok yang menghalangi jodoh adik perempuannya. Anak yang diberi beban mengasuh adik-adik, dan selalu dituntut untuk mengalah, kurang kasih sayang karena perhatian tertumpah kepada adik laki-lakinya. Pantaslah kalau dikemudian hari mereka mendapat posisi dan wibawa yang tinggi: Sehebat apapun kedudukan kita, kita tidak lebih dari sekedar adiknya. Komandan segarang apapun, takluk oleh wibawa kakak perempuannya.

BENARKAH UANG HARAM MEMBAWA SIAL?

BENARKAH UANG HARAM MEMBAWA SIAL?

Oleh: Jum’an

Saya datang terlambat lebih dari satu jam dipengajian hari Mingu kemarin. Ternyata acara baru saja dimulai. Sambil menyambut kedatangan saya tuan rumah mengatakan bahwa dia sempat merasa panik karena sudah satu jam lewat, baru satu orang yang muncul. Padahal ia sudah menyiapkan cukup banyak makanan. Mengetahui hal itu tamu pertama yang datang menegur sambil bercanda: ”Uangmu halal atau tidak? Hati-hati lho, mengundang

pengajian dengan uang haram bakalan tidak ada yang datang”.

Belum lama ini seorang karyawan dikantor saya mencurigai hal yang serupa:

”Dosa apa kita ini ya Pak?. Semua urusan sederhana kok menjadi ruwet dan berbelit-belit. Apa gara-gara uang kita uang panas?

Benarkah uang haram bisa menyebabkan sial dalam usaha? Entahlah. Yang jelas saya bertemu banyak orang yang mengatakan seperti itu. Rasanya diam-diam saya juga mempercayainya. Tetapi biasanya saya bantah sendiri: Memangnya Tuhan hanya menjamin keberhasilan duniawi untuk orang-orang yang beriman? Apakah para pemilik multinational corporation, pabrik-pabrik pesawat terbang serta bank-bank besar itu orang-orang yang saleh? Bukankah bom-bom yang telah membunuh rakyat Gaza sebagian adalah sumbangan dari Starbucks Coffee, usaha sukses yang sebagian kita juga menjadi penggemarnya?

Tetapi saya mempunyai dugaan bahwa perasaan dan sikap memiliki uang halal berbeda dengan perasaan memiliki uang yang diperoleh dengan cara selingkuh. Begitu juga dampak asal-usul uang itu terhadap pemiliknya tentu berbeda. Bukan hanya uang, tetapi mungkin harta ataupun kekuasaan.

Makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia ternyata rentan terhadap berbagai pengaruh, bahka dari hal-hal yang hampir tidak ada hubungannya sama sekali. Majalah British Journal of Educational Psychology edisi awal tahun ini memuat laporan hasil penelitian dari para psikolog dari Unversitas Missiouri, bahwa siswa-siswa yang diberikan ujian diatas kertas bertanda F selalu hasilnya lebih buruk dari mereka yang memperoleh soal diatas kertas bertanda A atau yang lain. Huruf F ternyata memancing kegagalan (failure) dari para pengikut ujian yang IQ nya mungkin sama atau bahkan lebih tinggi. Kalau sekedar tanda ”F” diatas kertas ujian saja dapat berpengaruh negatip terhadap hasil ujian dari seorang siswa, apalagi status haram dari uang yang kita miliki.

Saya jadi ingat lagi tentang uang haram yang tidak akrab dengan jamaah pengajian dan urusan perusahaan yang terseok-seok terjerat seribu rintangan karena sumber uangnya yang mungkin berwarna abu-abu. Benarkah begitu?

Entahlah. Saya lebih sering percaya, tapi kalau bertemu dengan teman-teman yang tidak, saya korbankan kepercayaan saya itu. Selama uang yang saya miliki halal (insyaalloh) saya lebih suka bolak-balik membahasnya untuk meperhangat persahabatan sambil meramaikan majlis kenduri.

MELAWAN GODAAN SETAN

MELAWAN GODAAN SETAN

Oleh: Jum’an

Ketika dengan ’ain dan syin yang sengaja saya fasihkan saya mengucapkan a’uzu billahi minassyaitonirojiim, ketika itu saya merasa seolah-olah sudah memperoleh perlindungan Alloh dari iblis yang terkutuk. Dengan lafal itu rasanya saya tidak perlu lagi khawatir akan tergoda untuk berbuat jahat. Bahkan saya tidak pernah jelas-jelas merasakan “saya sedang mengalami bujukan setan”. Mungkin karena kehidupan saya begitu nyata dan kini, sedangkan iblis berasal dari dunia lain: yaitu malaikat penghuni sorga yang terusir karena menolak bersujud kepada Adam alaihissalaam.

Yang saya rasakan adalah istri saya membujuk, atasan saya menekan, teman saya mengajak, saingan saya mengancam dan keadaan memaksa. Itulah daya goda yang konkrit saya rasakan. Bentuk-bentuk setankah itu?

Dr. Phillip G Zimbardo seorang ahli psikologi sosial menjadi sangat masyhur, oleh hasil penelitiannya tentang tabiat manusia yang sangat mencengangkan. Pada tahun 1971 ia mengumpulkan sejumlah mahasiswa baik-baik dan secara acak dipilih sebagian untuk memerankan tokoh sipir dan lainnya memerankan narapidana untuk mengadakan simulasi kehidupan dalam penjara. Stanford Prison Experiment ini terpaksa dihentikan prematur dalam seminggu karena para pemeran sipir benar-benar menjadi brutal dan sadis sementara para pemeran narapidana mengalami depressi berat. Sebuah bukti bahwa kekuatan situasi dan dinamika kelompok dapat bekerjasama menciptakan monster dari laki-laki dan perempuan baik-baik. Dengan berbagai bukti dan dsikripsi ilmiah, Zimbardo menerangkan bagaimana dan seribu alasan mengapa, kita semua sangat rentan terhadap bujukan dunia hitam.

Dari hasil pengamatan hari kehari bahkan dari jam kejam dalam simulasi penjara Stanford, Zimbardo membuat kita lebih memahami peristiwa-peristiwa yang mengerikan dan tabiat manusia yang sangat memalukan. Pengaruh situasi dan dinamika kelompoklah yang telah mengubah Adolf Eichman yang culun menjadi malaikat kamar gas Auschwitz, tentara Rwanda yang berdisiplin berubah menjadi pemerkosa massal dan prajurit Amerika yang taat menjadi monster penyiksa di penjara Abu Ghraib di Irak.

Tiga puluh tujuh tahun sesudah eksperiman penjara Stanford, Dr. Phillip Zimbardo ditunjuk sebagai saksi ahli bagi sersan Ivan Frederick salah seorang sipir penyiksa di penjara Abu Ghraib.

Dengan kesaksian yang penuh semangat ia meyakinkan pengadilan bahwa sistim dan kebijakan militer yang gagal, lalai dan tak berfungsi telah memungkinkan prajurit yang berdedikasi berubah menjadi penyiksa yang sadis, dan kehilangan masa depan seumur hidupnya. Yang bertanggung jawab adalah George Bush, Dick Chiney dan Donald Rumsfeld. Merekalah biang sistim dan situasi di Abu Ghraib. Begitu kesimpulan Dr. Zimbardo.

”The Lucifer Effect” yang terbit pada 2007 merupakan rangkuman hasil penelitian lebih dari 30 tahun tentang faktor-faktor yang dapat menciptakan “badai dahsyat” yang menyebabkan orang baik terlibat dalam perbuatan-perbuatan jahat dan kejam. Phillip Zimbardo telah mengubah paradigma lama bahwa sebuah apel yang busuk akan menulari yang lain dalam sebuah wadah, menjadi: justru wadah yang kotor akan mencemari semua apel yang ada didalamnya menjadi busuk.

Penulis buku ini menawarkan sebuah kerangka solusi berupa tekad yang dapat diikuti semua orang yaitu: ”Saya bisa melawan sistim yang tidak adil” dan ”Saya bertanggung jawab atas keputusan dan kelakuan saya”. Sebagaimana orang biasa dapat dengan mudah menjazi zalim, ia dapat pula berusaha menjadi pahlawan. Sebelum hal itu terjadi ia adalah orang biasa. Setiap kita adalah Satrio Piningit, orang awam yang dalam penantian untuk menjadi pahlawan.

Ada doa bunyinya: Ya Alloh hamba berlindung kepadaMu dari keraguan dan kesedihan, putus asa dan malas, bakhil, dan dari libatan hutang serta para pemaksa. Sesudah kita ucapkan sekhusyuk mungkin, kita kepalkan tangan berikrar dengan jahar: ”Saya tidak akan ragu, saya tidak sudi bersedih-sedih…..saya anti hutang dan jangan ada yang coba-coba menaksa saya”.

A’uzubillahi minassyaithonirrojiim adalah mantra suci yang penuh dengan tuah. Selanjutnya, kita tanamkan kesadaran bahwa kita adalah Satrio Piningit, lalu kita kerjakan amal-amal kepahlawanan dalam skala kita. Dari meolong mobil yang mogok, bertahan tidak merokok, s
ampai membongkar makelar kasus. Begitu mungkin caranya melawan godaan setan.

KALAU AYAH MEMEGANG TANGAN SAYA

KALAU AYAH MEMEGANG TANGAN SAYA

Oleh: Jum’an

Seorang ayah berjalan melintasi jembatan sempit bersama anak perempuannya yang masih kecil. Karena merasa takut sang ayah meminta kepada putrinya: “Sayang, peganglah tangan ayah supaya tidak terpleset jatuh kesungai” .

Putri kecilnya menjawab: “Jangan Yah, ayah saja yang memegang tangan saya”.

“Apa bedanya?” tanya ayahnya heran.

“Berbeda sekali Yah. Kalau saya yang memegang tangan ayah, lalu saya kenapa-napa, kemungkinan tangan ayah akan lepas dari pegangan saya. Tapi kalau ayah yang memegang tangan saya apapun yang terjadi, saya merasa pasti ayah tidak akan melepaskan tangan saya”.

Pesan pendek yang tak diketahui penulisnya itu banyak beredar disejumlah situs internet dengan judul Essence of Trust. Dalam hubungan antar manusia, inti dari kepercayaan adalah ikatan batin, bukan sekedar ikatan lahiriah. “Maka dari itu peganglah tangan orang yang kau cintai, jangan minta mereka memegang tanganmu”. Begitu penutup pesan pendek itu.

Inti kepercayaan sama dengan peran hati dalam diri kita. Meskipun pikiran kita setuju dengan keputusan yang tidak berkenan dihati, persetujuan dan komitmen kita akan menjadi sekedar kepura-puraan dan mengambang dipermukaan saja. Selanjutnya dampaknya terhadap keputusan itu akan berupa kegagalan atau setidak-tidaknya keputusan itu menjadi sama sekali tidak efektif. Keputusan tanpa kepercayaan adalah pangkal dari kegagalan.

Berlawanan dengan cinta yang dalam sekejap dapat dari mata turun kehati dan tahunan untuk melepaskan diri, dibutuhkan waktu yang lama untuk saling percaya dan hanya waktu sebentar saja untuk merusaknya. Itulah sebabnya yang tercinta belum tentu terpercaya?

Kepercayaan itu vital dan manis rasanya tapi lama matangnya. Kalau kita mau menikmati manisnya buah, kita harus sabar menunggu tumbuhnya, memupuk dan menyianginya, menyiram dan menjaganya.


Perekat yang menyatukan hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara pemimpin dan rakyat adalah kepercayaan, dan kepercayaan berasal dari ketulusan hati. Kepercayaan adalah sumbu utama dan sumber potensi segala hubungan antar manusia dalam pekerjaan maupun persahabatan.

Abraham Lincoln pernah berkata: Bila sekali saja anda kehilangan kepercayaan dari sesama, anda tidak mungkin memeroleh kembali penghormatan dan penghargaan mereka. Memang benar anda dapat membodohi semua orang sementara waktu, bahkan anda dapat membodohi sebagian orang sepanjang waktu, tapi anda tidak mungkin membodohi semua orang untuk selamanya.

Kedengaran mengena sepanjang waktu
terutama dalam hubungan rakyat dan pemimpin dinegeri kita saat ini. Tanpa kepercayaan – yang sumbernya berasal dari lubuk hati rakyat – banyak usaha akan sia-sia. Pemimpin dan politisi yang jujur juga setuju. Demikian pula hubungan pribadi antar manusia; rusaknya kepercayaan akan membubarkan rumah tangga atau persahabatan, berapa lamapun sudah dibina dan dijaga.