Bulan: Oktober 2011

TAKDIR DAN SEANDAINYA

TAKDIR DAN SEANDAINYA.

Oleh: Jum’an

Rasulullah bersabda: “Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah kau katakan: ‘Seandainya aku lakukan begini dan begitu.’ Tetapi katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan seandainya (lau) dapat membuka pintu syaitan.” (HR. Muslim). Bagaimana rasanya kalau sahabat anda mengatakan: “Seandainya kamu tidak mengajak adikku pulang kampung naik motor lebaran yang lalu, dia tidak akan ketabrak truk dan sekarang tentu dia masih hidup!” Alangkah pahitnya! Pintu syaitanpun terbuka dan mereka akan bergegas masuk untuk mengobarkan dendam dan prasangka. Hanya keyakinan kita kepada takdirlah yang dapat memadamkan dan megobatinya sehingga kita terhindar dari luka hati yang berkepanjangan. Itu adalah musibah yang sudah terjadi, sudah takdir, tak perlu meja-hijau tak perlu otopsi apalagi ganti rugi! Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak; sudah ada peribahasanya.

Tetapi lain ladang lain belalang. Rambut kepala sama hitam tapi pikiran berbeda-beda. Bila anda menyimak jalannya pengadilan Dr. Conrad Murray yang dituduh menghilangkan nyawa Michael Jackson di Amerika sana, anda akan berkali-kali mendengar perkataan “tentulah dia masih hidup sekarang, seandainya…………” Dr Alon Steinberg, cardiologist, sebagai saksi ahli tandas-tandas menyatakan bahwa Michael Jackson tentu masih hidup seandainya Dr Conrad Murray langsung menelepon 911 segera setelah ia melihat Michael tidak lagi bernafas. Catatan telepon menunjukkan Dr Murray malah memanggil asisten Jackson untuk minta bantuan sebagai gantinya. Bahkan Dr Steinberg bersaksi bahwa ada 6 tindakan yang seandainya Dr Murray menghindarinya, Michael Jackson tentu masih hidup sekarang. Termasuk diantaranya menggunakan obat penenang Propofol dengan cara yang salah, tidak ada personil dan peralatan yang lengkap, melakukan CPR dengan cara sangat salah pula.

Lain lagi dengan kematian Steve Jobs seorang genius, pendiri Apple Inc. dan pencipta I-Phone dan I-Pad. Ia dipersalahkan oleh sebagian masyarakat Amerika dengan alasan: “seandainya dia tidak menempuh pengobatan alternatif untuk mengobati kangkernya, pasti dia masih hidup sekarang.” Ia didiagnosa mengidap tumor neuroendocrine pada tahun 2003 sejenis kangker pankreas yang jarang dan lambat pembiakannya, sehingga lebih dapat ditangani. Keluarga dan teman-teman dekatnya mendesak untuk segera dioperasi. Tetapi ia memilih cara lain karena ia tidak mau tubuhnya ‘dibuka’. Ia mengikuti diet, tusuk-jarum, minum macam-macam sari buah dan obat-obat herbal. Ia mengatakan: biar saya menjadi orang pertama yang mengalahkan kangker dengan cara ini, atau menjadi contoh terakhir yang mati karenanya. Setelah 9 bulan tanpa kemajuan dia baru menyerah dan berpindah kepengobatan medis. Tetapi kangkernya sudah menjalar. Meskipun demikian ia masih dapat bertahan selama 7 tahun sampai meninggal awal Oktober 2011 yang lalu. Ramzi Amri dokter peneliti dari Univ. Harvard menyimpulkan bahwa menilik kenyataan yang ada nampaknya wajar untuk mengasumsikan bahwa pilihan Steve Jobs untuk berobat alternatif akhirnya telah menyebabkan kematian dini yang tidak perlu.

Yang jelas Steve Jobs menderita kangker dan banyak penderita kangker mati termasuk yang menempuh pengobatan medis yang canggih sekalipun. Saya hidup sehat lebih dari 10 tahun sejak saya melakukan cangkok ginjal dan saya sangat bersyukur. Beberapa penderita gagal ginjal yang saya kenal, menolak cuci darah, mereka memilih berobat alternatif dan kebanyakan mereka tidak lama kemudian meninggal dunia. Mereka yang melakukan cangkok ginjal bersama saya, tidak semuanya berhasil sebagian juga meninggal beberapa bulan sesudah cangkok. Jadi sewajarnya lakukan saja pilihan berdasar kemampuan, lalu laksanakan dengan tawakkal dan percaya pada takdir Yang Maha Kuasa. Apapun hasilnya, jangan lagi katakan seandainya.

CUBITLAH DAKU – KAU KUCAKAR GIGITLAH DAKU – KAU KUTELAN

CUBITLAH DAKU – KAU KUCAKAR

GIGITLAH DAKU – KAU KUTELAN

Oleh: Jum’an

Almarhum Gus Dur pernah mengatakan bahwa beliau sangat menghormati Megawati karena ia adalah Putri Bung Karno. Bung Karno adalah keturunan Raden Patah sedangkan Gus Dur adalah keturunan Raden Kusen adik kandung (seibu lain ayah) dari Raden Patah. Kata almarhum: “Dari segi keturunan saya dari pihak yang muda, jadi saya menghormati keturunan Bung Karno”. Padahal baik Raden Patah (Sultan Demak pertama) dan Rade Kusen (Adipati Terung dari Majapahit) keduanya hidup sekitar tahun 1500-an. Bila benar, alangkah berkesan dan mulianya! Tetapi yang lebih banyak terlihat dalam sejarah adalah sebaliknya yaitu lingkaran balas dendam yang tak pernah putus. Dari tahun-ketahun dari generasi kegenerasi dari abad keabad mausia terbelenggu oleh rantai balas dendam. Kalau kamu mecubit akan saya cakar. Seharusnya sudah; selesai. Tetapi kamu malah mengigit. Maka kutelan kau sebagai pembalasan. Begitu seterusnya sampai tidak ketahuan lagi siapa yang memulai.

Menurut Kevin Carlsmith, seorang social psychologist, alasan balas dendam adalah untuk mencapai pelampiasan emosi (catharsis). Tetapi penelitian lebih lanjut membukitkan balas dendam ternyata kontra produktif untuk mencapai tujuan pelampiasan emosi. Seorang pembalas dendam pikirannya akan melekat terus pada sasarannya sehingga luka hatinya tetap menganga dan akan semakin makin parah bila balas dendamnya tidak atau belum terlaksana. Menurut Simon Critchley filosofer Inggris lahiran 1960, roda kekerasan dibalas kekerasan akan menggelinding terus tanpa henti dan tak terelakkan akan membawa kerusakan. Peribahasa China mengatakan, sebelum berangkat membalas dendam galilah dua liang lahat. Pembalas dendam umumnya menyebut tindakannya sebagai membela diri, melindungi hak atau menegakkan keadilan. Hanya Tuhanlah yang mengatahui segala rahasia yang tersembunyi yang mampu menghakimi dengan benar dan adil.

Serangan 11 Sept. 2001 misalnya, dibenarkan oleh Usamah Bin Ladin segagai pembalasan yang setimpal atas penggunaan tanah airnya (Saudi Arabia – dimana dua tempat suci Islam berada) sebagai pangkalan untuk menyerbu Iraq pada Perang Teluk Pertama tahun 1990-91. Serangan 11 September justru dijadikan sebagai justifikasi oleh Amerika untuk menyerbu Afganistan dan kemudian Iraq. Dan pembalasan demi pembalasan silih berganti sampai sekarang. Pembalasan dendam nyata-nyata merupakan pangkal kehancuran. Mengikut peribahasa China diatas Amerika (dan juga Bin Ladin) sewajarnya masing-masing menggali dua liang lahat sebelum berangkat membalas dendam. Kata Simon Critchley dalam tulisannya The Cycle of Revenge, kuburan Bin Ladin didasar laut sudah terisi tetapi masih ada satu liang lahat yang menganga. Melihat apa yang terjadi sampai saat ini nampaknya itu adalah kuburan untuk Amerika. Bin Ladin hanya menghabiskan 500 ribu dolar untuk serangan 11 Septembernya semantara Amerika paling sedikit telah menghabiskan 500 milyar dolar untuk pembalasan dendamnya. Lihat angka tepatnya disini! Belum lagi nyawa tentara yang hilang. Sehingga satu dolar yang dikeluarkan Bin Ladin terpaksa ditebus dengan sejuta dolar oleh Amerika. Kerawanan keuangan Amerika saat ini setidaknya sebagian adalah dampak dari tonjokan Bin Ladin. Pemerintah Federal, Negara Bagian, Pemerintah Kota bahkan individu semua sarat dengan hutang. Amerika hampir bangkrut dibuatnya.

Kehancuran dan kerusakan akan jauh berkurang seandainya belenggu rantai balas dendam dapat diputuskan. Tetapi itu mustahil karena sifat manusia selalu cenderung untuk merugi dan jahat. Bayangkan bila kita mengikuti petunjuk agama kita. Surat Asy Syuro ayat 40 mengatakan: “Balasan perbuatan jahat adalah kejahatn yang seimbang dengannya, barang siapa yang memaafkan dan berlaku damai, pahalanya ada ditangan Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” Dan bayangkan seandainya pihak sono juga mengikuti petunjuk agama mereka. Dalam Kitab Perjanjian Baru disebutkan bahwa memaafkan itu tidak cukup tujuh kali tetapi tujuh puluh kali tujuh kali…. Bila ditampar pipi kiri, berikan pipi kanan! Tentu jalannya sejarah menjadi lain. Wallohu a’lam.

MENGAPA MEREKA TAK MAU BERHENTI MEROKOK

MENGAPA MEREKA TAK MAU BERHENTI MEROKOK

Oleh: Jum’an

Hari ini dunia tidak berpihak kepada kita! Begitu kata orang bila seharian mengalami kesulitan terus-menerus. Kenyataan memang sering menyimpang dari harapan. Bukti sering menyimpang dari janji. Kelakuan tidak selalu sama dengan keyakinan. Saya percaya bahwa bagun pagi lebih banyak rejeki tetapi saya benar-benar merasakan bahwa bangun lebih siang adalah lebih nikmat. Cita-cita saya meraih rejeki berlawanan dengan kebiasaan saya bangun siang dan konflik ini sedikit banyak menjadikan saya terus menerus merasa resah dan serasa mengganjal. Sebenarnya saya punya niat dan tekad untuk menghilangkan keresahan ini tapi tidak pernah tuntas. Kadang-kadang saya paksakan diri untuk bangun pagi. Tetapi kadang-kadang kembali bangun siang dengan pelampiasan: mustahil tidak ada rejeki disiang hari! Jadi penyelesaian yang saya tempuh tidak konsisten sekali-sekali dengan merubah sikap, sekali-sekali dengan merubah keyakinan. Namun bukti dari tahun ketahun menunjukkan bahwa saya lebih banyak merubah keyakinan daripada merubah sikap. Lebih banyak tidur lagi sesudah solat subuh ketimbang terus mandi dan beraktivitas.

Menurut Leon Festinger psikolog yang terkenal dengan teori-teori psikologi sosialnya, ketidak-selarasan antara keyakinan dan perilaku akan menyebabkan ketegangan psikologis yang tidak nyaman. Ini akan menyebabkan orang mengubah keyakinan mereka sesuai dengan perilaku mereka, bukan sebaliknya seperti perkiraan akal sehat. Ini disebabkan karena ketika seseorang memegang dua hal yang berlawanan secara bersamaan pikirannya menjadi bias (menyimpang, seperti mata melihat pensil yang lurus terlihat bengkok bila dicelupkan dalam air) dan menyangka bahwa pilihan yang dilakukannya adalah benar meskipun bukti menunjukkan sebaliknya. Fenomena ini menjadi petunjuk untuk memahami mengapa orang kadang-kadang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebijaksanaan umum dan akal sehat, seperti mengapa saya memilih bangun siang ketimbang mengejar rejeki lebih banyak.

Sebagai mantan perokok, saya mengakui bahwa merokok itu benar memberikan kenikmatan fisik dan psikologis; saya yakin perokok lain juga akan mengakuinya. Tetapi bukti-bukti menunjukkan bahwa merokok menyebabkan kangker paru-paru yang memperpendek umur. Padahal para perokok itu juga ingin beumur panjang. Jadi mereka memegang dua hal yang berlawanan secara bersamaan, seperti merasakan manisnya madu dan pahitnya racun sekaligus. Karena itu mereka mengalami bias dan berpikir bahwa memilih nikmatnya merokok adalah pilihan yang benar meskipun mereka melihat bukti sebaliknya dengan jelas. Mereka merasionalisasi kebiasaan mereka dengan menyimpulkan bahwa perokok yang terkena kangker hanyalah sedikit saja yaitu perokok sangat berat lagi pula mereka yang tidak mati oleh rokok akan mati juga oleh sebab lain! Bahkan kaum muslimin yang perokok saya kira mereka merasa yakin (tanpa keraguan) bahwa Alloh sebenarnya tidak mengharamkan rokok. Rasanya tidak ada unsur kejahatan didalamnya. Tentang fatwa haram merokok MUI? Sampai dimana kredibilitas mereka? Menurut dugaan saya ada sejumlah besar perokok yang tak akan tergoyahkan oleh anjuran dan bukti-bukti apapun.

Semua agama samawi mengutuk hubungan sesama jenis, mungkin seribu kali lebih berdosa dari merokok tetapi di Dunia Barat sana (yang sama-sama manusia seperti kita juga) ada kaum gay yang bahkan secara resmi diangkat sebagai pendeta. Betapa yakinnya mereka bahwa Tuhan mereka tidak melarangnya dan betapa manusia ternyata lebih suka mengubah agamanya agar sesuai dengan perilakunya daripada sebaliknya.

KIAMAT SUDAH DEKAT

KIAMAT SUDAH DEKAT

Oleh: Jum’an

Sejak kecil saya ditakuti-takuti orang terus menerus tidak ada hentinya sampai tua. Pada waktu Sekolah Rakyat (SD) didesa dulu saya sudah mendengar paman saya menakut-nakuti dengan ramalan bahwa Laut Selatan sudah hampir tumpah menggenangi daratan dan -tidak boleh tidak- kita akan mati tenggelam. Malam hari dipedesaan terpencil yang gelap-gulita merupakan sumber inspirasi gratis bagi orang dewasa untuk menakuti anak-anak dengan segala makhluk rekaan yang mengerikan. Waktu siang haripun kita merinding bila berjalan melewati kuburan. Semua anak desa waktu itu percaya bahwa pembangunan jembatan atau bendungan selalu membutuhkan tumbal anak kecil yang dikubur dibawah pondasi. Mereka takut diculik. Sebagai murid SMP saya juga sudah mendengar tentang ramalan Joyoboyo bahwa akan terjadi huru-hara hingga orang Jawa tinggal setengahnya, Cina dan Belanda tinggal sepasang saja (wong Jowo gari separo, Cino Londo gari sejodo). Itupun merupakan ancaman yang mengerikan. Walhasil masa kanak-kanak didesa terasa seolah-olah kiamat sudah dekat.

Lalu berpuluh-puluh tahun kemudian sebagai orang tua yang hidup dikota ancaman itu tetap saja ada. Ramalan paman saya dulu bahwa laut akan tumpah kedarat muncul lagi dengan judul baru global warming: gunung es di kutub akan meleleh, permukaan laut akan naik, dan tak urung menenggelamkan daratan seperti ramalan paman saya. Cara menakut-nakutipun makin canggih. Suatu kali jamaah suatu majlis ta’lim di Jakarta semua menagis ketakutan setelah mendengarkan rekaman suara rintihan penghuni neraka yang sedang disiksa. Jerit-tangis itu konon direkam dari dasar sumur minyak sedalam 4000 meter lebih di Siberia yang dihentikan karena telah menembus dasar neraka. apabila ditelusuri peristiwa itu tak jelas ujung pangkalnya. Tetapi rekaman itu banyak digunakan oleh para pendeta fundamentalis di Eropah untuk menakut-nakuti jemaat mereka. Berkat era globalisasi seorang ustad di sini meminjam senjata itu untuk mengerjai jamaah pengajiannya dan hasilnya telak juga. Anda juga bisa mendengar tangisan dari neraka itu disini.

Harold Camping penyiar dan pemilik sebuah stasiun radio Kristen di Kalifornia telah membuat ramalan kiamat yang banyak diliput oleh media massa. Bahwa pada 21 Mei 2011 Jesus Kristus akan turun kebumi untuk menyelamatkan umat Kristen yang saleh ke sorga. Lalu selama lima bulan berturut-turut akan terjadi malapetaka dan jutaan orang mati setiap hari sampai dunia kiamat pada bulan Oktober 2011. Panitia kiamat memasang spanduk, billboard dan siaran keliling kota untuk memperingatkan agar penduduk berteriak mohon ampun untuk diselamatkan. Ketika ramalan itu tidak terbukti sebagaimana banyak ramalan kiamat yang lain apa yang terjadi? Tentu anda menyangka Harold Camping akan kehilangan muka dan ditinggalkan oleh para penggemarnya! Ternyata tidak bahkan sebaliknya. Lama sebelum itu Dorothy Martin pemimpin sebuah aliran yang mengkultuskan makhluk luar angkasa (UFO), meramalkan bahwa mereka akan diselamatkan oleh sebuah pesawat ruang angkasa pada 21 Desember 1954 dan sesudah itu dunia akan berakhir dalam bencana banjir. Ramalan itu sangat menakutkan sehinggga diam-diam banyak dari mereka yang berhenti bekerja, mengeluarkan anak-anaknya dari sekolah dan membagi-bagikan uang dan hartanya. Ketika ramalan itu kandas, Dorothy Martin berkotbah bahwa kekuatan iman merekalah yang menjadi kunci yang telah mencegah banjir itu terjadi. Lalu merekapun makin giat mendakwahkan kultus mereka.

Dalam teori psikologi sosial dikatakan bahwa makin dalam kepercayaan orang terhadap keyakinan tertentu makin kecil kemungkinan ia mau meninggalkannya meskipun menghadapi bukti yang bertentangan. Ramalan kiamat yang tidak terbukti, tidak meyebabkan suatu keyakinan kehilangan penganut; bahkan semakin bertambah. Seperti ketika kita sudah memutuskan untuk membeli pisang setandan utuh. Kita percaya pasti semuanya manis. Yang terbukti masampun kita bilang manis…