KALAU ADA MANA BUKTINYA
Oleh: Jum’an
Saya selalu merasa cemas setiap kali kisah ini diceritakan orang meskipun sudah berkali kali mendengarnya dari masa kuliah dulu. Konon dizaman kejayaan ideologi komunis, diruang kelas sebuah sekolah dasar di Rusia sana seorang guru menawarkan kepada murid-murid, siapa diantara mereka yang mau permen. Semua mengacungkan tangan. Lalu disuruhnya anak-anak berdoa kepada Tuhan untuk minta permen. Beberapa saat kemudian guru bertanya apakah Tuhan sudah memberi mereka permen; yang tentu saja mereka jawab tidak. Lalu disuruhnya anak-anak mengulangi doa mereka tetapi kepada Yoseph Stalin yang gambarnya terpampang disetiap ruang kelas diseantero Rusia. Sementara mereka berdoa sambil memejamkan mata, Ibu Guru membagikan permen dihadapan mereka, seorang satu. Anda pasti bisa menebak akhir serta pesan kisah ini, yaitu bahwa terbukti Tuhan itu tidak ada; dan bahwa Stalin dan partai komunislah penolong dan pelindung mereka. Saya merasa cemas karena yakin betapa manjurnya indoktrinasi seperti ini bagi anak-anak dan saya takut sampai sekarangpun ada begundal-begundal atheis yang meracuni anak-anak kita dengan siasat sejenis.
Ketika Bertrand Russel (1872-1970), filosof Inggris yang masyhur selesai memberikan kuliah umum tentang atheisme yang dianutnya, seorang perempuan dengan geram bertanya: ”Lord Russel, apa jawab anda nanti dihari kiyamat kalau Tuhan menanyakan kenapa anda tidak percaya bahwa Dia ada” . Jawab Bertrand Russel: “Saya akan katakan kepadaNya: “Maaf, Anda tidak memberikan bukti-bukti yang cukup!”…. Kalau ada mana buktinya – begitu kira-kira kaum atheis melecehkan agama. Masalahnya bukti yang dituntutnya adalah bukti menurut kaidah-kaidah ilmu pengetahuan manusia. Sedangkan agama, dalam istilah ahli filsafat, mempunyai logika atau tatabahasanya sendiri dan tidak harus bertanggung jawab menurut standar yang sama seperti kepercayaan ilmiah atau empiris. Seperti guru ilmu fisika yang mempertanyakan tentang kebenara puisi Khairil Anwar. Katanya dia mau hidup seribu tahun lagi! Baru 27 tahun kok sudah mati. Kenyataannya puisi-puisi Khairil memberikan inspirasi kepada ribuan penyair muda sepanjang masa. Itulah kebenarannya. Meskipun agama nampak jarang memuaskan bila dituntut untuk memberikan bukti ilmiah, sejarah membuktikan bahwa agama jauh lebih menguasai dan menarik gairah dan fikiran manusia (termasuk sebagian para ilmuwan) daripada ilmu pengetahuan. Doa yang tidak terkabul, khotbah-khotbah yang membosankan dan hal-hal yang sulit masuk diakal tidak menyebabkan orang memutuskan untuk keluar dari Islam. Bahkan orang-orang yang memuja Dewi Sri dan Nayi Roro Kidul memilih tetap tinggal dalam Islam. Kaum gay dan lesbian menolak jika dikeluarkan dari komunitas Kristen meskipun perilaku mereka jelas bertentangan dengan ajaran agamanya. Agama memang punya daya tarik yang berbeda.
Tanpa mengingkari penting dan manfaatnya bagi manusia dan kewajiban penganut Islam untuk mempelajarinya, menurut saya ilmu pengetahuan itu gersang; seperti tanpa emosi tanpa nurani. Berbeda dengan dengan agama. Disamping perintah dan ancaman yang tegas dan ritual yang rutin banyak ihwal batiniah yang penuh rahasia. Rahasia Alloh yang tidak akan pernah terungkap sepenuhnya untuk selamanya. Misteri itulah yang membangkitkan gairah, harapan dan semangat dalam hidup kita. Rahasia tentang maut dan pengadilan dipadang mahsyar, rahasia tentang nafsul mutmainnah diantaranya. Tidak salah bila dikatakan bahwa agama dan ilmu pengetahuan berbeda lahan berbeda garapan, beda logika dan beda bahasa. Biarkan orang tak percaya Nabi Muhammad pernah dibelah dadanya, menempuh jarak Masjidil Haram, Palestina dan langit yang ketujuh dalam satu malam. Biarkan orang tertawa mendengar bahwa kelak tulang belulang kita yang sudah berserakan akan dibangkitkan hidup kembali. Iman kita tidak perlu goyah karena kita yakin akan Rahasia Alloh. Mereka adalah mereka, kita adalah kita. Lakum dinukum waliyadin….