Bulan: Desember 2011

UDKHULU FISSILMI KAFFAH

UDKHULU FISSILMI KAFFAH

Oleh: Jum’an

Udkhulu fissilmi kaffah. Ya, itu adalah bagian dari ayat 208 surat Al-Baqarah yang artinya “Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh” (Enter into Islam completely). Jangan pilih-pilih dan jangan setengah hati. Ayat ini enak diucapkan dengan lidah Melayu dan siap pakai untuk mengingatkan mereka yang solat tapi tidak puasa, rajin jum’atan tapi tidak pernah solat lima waktu. Rajin mengaji tapi tidak pernah berhenti menggosip. Tetapi mereka juga punya dalih. Solat dan puasa yang tidak menentu atau setengah hati mungkin karena masih malas, atau hati belum mantap atau menunggu hari tua. Bukankah banyak –atau kebanyakan- orang taat beribadah karena takut akan kematian? Selagi kematian masih jauh mengapa harus buru-buru, tunggu nanti saja kalau sudah dekat-dekat ‘jatuh tempo’. Takut akan kematian memang merupakan alasan yang manusiawi untuk mentaati perintah agama. Buktinya banyak orang yang malang-melintang waktu muda, mulai berpeci dan bersarung sesudah usia senja. Tetapi agama banyak aspeknya bukan hanya urusan sorga dan neraka. Begitu juga jiwa kita banyak tuntutan dan keinginannya bukan hanya bebas dari ketakutan dan memiliki rasa aman saja. Jadi terlalu mengecilkan kalau kita menyimpulkan bahwa orang taat beragama hanya karena satu alasan saja.

Dalam bukunya “Who Am I? The 16 Basic Desires that Motivate Our Action and Define Our Personalities”, Steven Reiss pakar psikologi dan psikiatri dari Universias Ohio menerangkan bahwa manusia mempunyai 16 kebutuhan psikologis dasar. Yaitu kebutuhan akan kekuatan, kemerdekaan, rasa ingin tahu, keinginan untuk diterima, ketertiban, keselamatan, kehormatan, idealisme, hidup bermasyarakat, keluarga, status, membalas dendam, percintaan, kegiatan fisik, makanan, dan ketenangan. Ke-16 kebutuhan dasar ini memotivasi perbuatan dan membentuk kepribadian setiap kita.

Sekarang kita mengenal diri kita. Setidaknya secara psikologis menurut buku Who Am I. Rasulullah bersabda: “Kenalilah dirimu kau akan memngenal Tuhanmu” (man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu). Apakah mengenal diri kita tadi ada hubungannya dengan megenal Allah? Kita mengetahui ada 99 Asmaul Husna yang mencerminkan sifat-sifat Allah. Tentu ke 16 kebutuhan kita terakomodir didalamnya. Uniknya dari 16 kebutuhan dasar manusia itu ternyata tidak semuanya sinkron; beberapa diantaranya bahkan saling berlawanan seperti tuntutan akan ketertiban dan kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan kekuatan dan keinginan untuk diterima, ingin disayangi dan keinginan membalas dendam. Tetapi semuanya merupakan kebutuhan yang nyata. Ini membuka pengertian mengapa nama-nama baik Allah dalam asmaul husna itu memberikan kesan selolah-olah Allah mempunyai sifat-sifat yang saling berlawanan. Maha Perkasa (Al Jabbar) tetapi Maha Lembut (Al Lathiif), Maha Penyiksa (Al Muntaqim) tetapi Maha Pengampun (AL Ghoffaar), Maha Nyata (Az Zhaahir) tetapi Maha Gaib (Al Baathin). Semuanya nyata, dan benar menurut konteksnya sendiri-sendiri.

Dari banyaknya keinginan manusia itu dapat difahami bahwa kehidupan beragama akan berbeda-beda coraknya antara satu pribadi dengan pribadi lainnya. Orang tentu akan memeluk lebih erat aspek-aspek agama yang cocok dengan kebutuhan jiwa dan nilai kepribadiannya. Berikut beberapa contohnya. Sebuah penelitian psikologi membuktikan bahwa orang yang religius (kebetulan kebanyakan respondennya kaum Nasrani) menunjukkan iktikad yang kuat untuk saling bergantung dengan orang lain, sedangkan yang tidak religius menunjukkan keinginan yang lebih kuat untuk mandiri dan independen. Ada hubungan antara tuntutan akan kebebasan dengan cara menghayati ajaran agama. Mereka yang sangat mementingkan ketertiban dan ketenteraman akan menikmati ibadah ritual, sementara mereka yang tak terlalu peduli akan ketertiban lebih suka mengekspresikan keimanannya secara spontan. Ada orang yang tidak betah berlama-lama berzikir sesudah solat, tetapi lidahnya tak pernah kelu untuk bertahmid kapan saja; di jalan, dikantor, di pasar sekalipun. Anjuran mencintai kaum miskin lebih menarik bagi orang yang tak terlalu mementingkan status, sedangkan ajaran semua manusia sama di hadapan Allah lebih menarik bagi orang yang tuntutan idealismenya kuat. Bagi tiap kepribadian ada tuntunan yang menarik dalam agama.

Udkhulu fissilmi kaffah? Jangan selektif dan jangan setengah hati? Insyaalloh! Setidak-tidaknya kita mengetahui bahwa hal itu perlu dan ……….tidak mudah.

MENJARAH BUDAYA MASA LAMPAU

MENJARAH BUDAYA MASA LAMPAU

Oleh: Jum’an

Anda pasti sudah pernah menonton film tentang mumi, mayat yang dibalsem dan dibedong ribuan tahun itu. Pasti sudah! Karena film mumi konon sudah pernah dibuat lebih dari 15 kali. Mulai dari The Mummy buatan tahun 1932, Abbot and Castello Meet the Mummy (1955), The Mummy, Legend of The Mummy, Scream of the Mummy (99), The Mummy Returns (2001) dan sebagainya. Film mumi mungkin yang paling banyak dibuat ulang. The Jaws, Frankenstein, King Kong dan banyak film lainnya juga ada versi barunya. Inilah daftar film-film yang pernah dibuat ulang dari A sampai Z. Dengan menggunakan teknologi komputer yang mutakhir memang dapat dihasilkan special effect yang mengagumkan seperti adegan mumi Imhotep ini. Mummy yang barupun menjadi lebih enak ditonton dan lebih layak dijual. Tapi tetap saja ada kesan mendaur-ulang karena kehabisan kreatifitas dan inovasi.

Dengan tulisan berjudul “Hollywood! Biarkan tahun 80 berlalu!”, David Gritten kritikus film Inggris menulis bahwa para eksekutif studio Hollywood yang rata-rata berusia antara 30-40an, telah dilanda oleh obsesi yang mencemaskan. Tahun 2010 mereka merencanakan untuk membuat ulang 30 judul film dari tahun 80an yaitu dari masa kanak-kanak mereka. Mentang-mentang waktu kecil mereka kagum menonton film Tarzan mungkin, mereka lalu bertekad untuk membuatnya kembali. Tetapi, kata Gritten, banyak film yang sekarang dibuat ulang, aslinya memang parah, jadi obsesi mereka untuk mendaur-ulang itu tidaklah terlalu merusak dunia perfileman.

Bukan hanya perfileman di Hollywood, dunia musik pop juga kecanduan dengan masa lampaunya sendiri dan asyik mendaur-ulang karya-karya masa lampau. Simon Reynolds seorang kritikus musik dalam bukunya yang baru, Retromania: Pop Culture’s Addiction to Its Own Past, mengamati bahwa dunia musik pop telah kehabisan ide-ide baru sampai keambang kebangkrutan kreatifitas dan kemacetan budaya. Selama duapuluh tahun terakhir, semangat eksplorasi yang pernah mendorong musik pop maju pesat telah bergeser fokus dari masa kini ke masa lampau. Para musisi dan penggemarnya sama-sama berubah menjadi arkeolog (ahli purbakala); begitu ia menjuluki mereka. Ini bukan sekedar nostalgia, tetapi mengusung musik masa lampau dalam segala bentuknya menjadi suasana budaya masa kini. Gerakan mundur kebelakang yang banar-benar merasuk ini bukan saja menjadikan kawula muda mengabdikan diri untuk masa lampau, tetapi juga menyesatkan pandangan para perintis musik pop dan menumpulkan ujung tombak budaya. Lebih-lebih sekarang dimana musik dibuat dan didistribusikan dalam bentuk file digital, kita dapat menghadirkan semua musik dari era dan jenis yang berbeda-beda dengan mudah. Maka membanjirlah musik masa lampau berbaur dengan musik masa kini. Lagu-lagu Nat King Cole, Bing Slamet, Agnes Monica dan Rihanna semua menempel diujung telunjuk kita; tinggal klik saja. Kita hidup di masa lampau dan masakini secara bersamaan.

Website Surfmusic (teman saya bekerja tiap hari) misalnya, menyediakan banyak pilihan musik era tahun 50-an, 60-an, 70-an dan 80-an, serta macam-macam jenis musik lainnya seperti jazz, blues dan klasik. Semuanya seperti berada dalam sebuah kolam. Kita boleh berkecimpung didalamnya dan menikmati semuanya secara simultan! Bahkan lagu-lagu tahun 50-an terletak dikolom paling atas, paling cepat dan mudah di klik. Bagaimanapun ini berarti memperdagangkan musik masa lampau. Yang menyedihkan, sebagaimana yang diamati oleh penulis buku Retromania diatas, bahwa para pencipta lagu mencongkel sedikit musik masa lampau dari sana-sini, dimodifikasi dengan sedikit kreasi dan menjualnya sebagai karya baru. Semacam lagu-lagu campur sari! Ini namanya mengais rejeki dari masa lampau. Tetapi kalau sudah dilakukan secara massal maka namanya menjarah budaya masa lampau. Tepat sekali istilah yang dipakai oleh Simon Reynold “Menumpulkan ujung tombak budaya”.

SEBENARNYA SAYA INI ANAK SIAPA

SEBENARNYA SAYA INI ANAK SIAPA

Oleh: Jum’an

Ini pasti kalimat yang dicari-cari, atau berasal dari sandiwara televisi karena kita semua tahu ibu-bapak kita. Bukan. Ini adalah pertanyaan hakiki seorang anak yang terpisah dari orang tuanya sejak kecil baik karena diadopsi, dijual, diculik atau diterlantarkan. Mengangkat anak (adopsi) yang dulu dianggap sebagai suatu solusi yang mulia sekarang ternyata makin banyak ruwetnya. Seorang anak miskin yang tidur berdesakan digubuk sempit dan kumuh, kurang makan dan penyakitan, diangkat kerumah besar yang bersih, cukup makan, dijaga kesehatannya dan disekolahkan menjadi manusia yang bermartabat. Sekarang adopsi sudah menjadi bisnis besar. Amerika saja tahun lalu mengadopsi 3000-an anak China, 2000-an anak Ethiopia dan 1500-an anak Rusia. Dari 1992 – 2000 lebih dari 70.000 bayi China (kebanyakan perempuan) diadopsi orang Amerika. Belum lagi adopsi domestik; total tiap tahun Pengadilan Amerika meng-approve 150.000 keputusan adopsi. Belum lagi dibagian dunia yang lain. Maka timbullah kasus-kasus yang pelik dari pelaksanakan adopsi.

Belum lama ini Ny. Torry Hansen di Amerika mengembalikan anak angkatnya yang berumur 7 tahun ke Moskow dengan alasan: anak ini mentalnya tidak stabil, perilakunya keras dan culas, parah. Saya merasa dibohongi oleh Panti Asuhan Rusia tentang stabilitas mental anak ini. Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut pengembalian anak angkat ini sebagai “perbuatan yang mengerikan” dan ia menyatakan menaruh perhatian khusus perlakuan terhadap anak-anak Rusia yang diadopsi di Amerika. Kasus ini pasti menghambat atau mungkin membatalkan izin adopsi Amerika-Rusia. Di Jerman, Patrick Stuebing dari Leipzig melakukan kumpul kebo dengan kakaknya sendiri Susan sampai punya 4 anak. Tiga diantaranya cacat fisik dan mental berat. Patrick diadopsi pada umur 3 tahun dan baru bertemu keluarganya setelah 23 tahun, lalu tinggal serumah. Mula-mula hubungannya dengan Susan biasa saja, tetapi kemudian berkembang seperti diatas. Kasus ini telah dijadikan contoh dampak buruk dari adopsi. Efek Westermarck menunjukkan bahwa apabila anak-anak dibesarkan bersama sampai umur 6 tahun, maka ketertarikan seksual mereka akan tertutup, tidak saling tertarik satu sama lain selamanya. Mungkin ini merupakan berkah perlindungan Tuhan. Tidak hanya diharamkan menikahi saudara sendiri, kita dilindungi dengan memadamkan nafsu kita terhadap mereka. Sebaliknya kakak beradik yang hidup terpisah sejak kecil dan bertemu sesudah dewasa, bukan hanya kemungkinan saling tertarik; dengan kemiripan wajah, mereka lebih tertarik lagi karena perasaan lebih dapat dipercaya, dibandingkan dengan lainnya.

Adopsi memang tidak sederhana. Anak yang kita angkat mungkin segar bugar dan lucu waktu kita terima. Bagaiman kalau dalam satu atau dua tahun ia terkena penyakit lumpuh dan cacat selamanya. Apalagi kalau kita juga sudah punya anak kandung. Mengapa harus mengangkat anak kalau sudah punya anak kandung. Bagaimana kalau anak angkat anda menaksir atau memusuhi anak kandung anda. Mengapa menempatkan keluarga dalam resiko yang sulit ketika hidup anda cukup bahagia. Bagaimana anda dapat mencintai anak angkat sama dengan anak kandung. Bagaimana kalau anak itu ternyata mengidap kelainan jiwa. Kesehatan mental anak-anak angkat saat ini semakin menjadi perhatian para ahli karena banyaknya bukti-bukti yang saling mempengaruhi.

Ahli terapi keluarga dan peneliti Patrick Fagan berpendapat bahwa mancampur keluarga asli dengan keluarga angkat dapat mengakibatkan kaburnya hubungan yang mengganggu ikatan batin orang tua dan anak dalam keluarga yang mengadopsi. Pengamat lainnya Evelyn Burns Robinson pakar dan konsultan internasional dalam bidang adopsi berkata: “Sama sekali tidak bisa dibenarkan …untuk mengubah identitas anak dan berpura-pura bahwa anak memiliki ibu yang berbeda”. Evelyn berpendapat bahwa adopsi harus dihapuskan karena merupakan solusi permanen yang kejam untuk mengatasi tantangan sementara yang dihadapi oleh orang tua yang tak berencana. Adopsi secara rutin telah memisahkan keluarga yang kurang beruntung. Ia berpendapat bahwa justru dukungan untuk orang tualah yang harus ditingkatkan agar mereka dapat tetap merawat anak mereka. Baik dalam adopsi tertutup yang serba dirahasiakan maupun adopsi terbuka dimana semua pihak saling tahu, anak angkat berhak tahu anak siapa sebenarnya mereka. Dan selayaknya disampaikan oleh orang tua angkat daripada mereka mengetahuinya dari sumber lain dan menimbulkan prasangka yang tidak diinginkan.

Sebagai umat Islam kita merasa beruntung mempunyai visi yang jelas dan masuk akal tentang adopsi, apa yang boleh dan apa yang dilarang. Dalam Fatwa Majelis Ulama Inonesia tentang Adopsi (Pengangkatan Anak) tahun 1984 disebut diantaranya: Mengangkat anak (adopsi) dengan pengertian anak tersebut putus hubungan keturunan (nasab) dengan ayah dan ibu kandungnya adalah bertentangan dengan syari’ah Islam (butir 2). Dan dalam butir 4 dikatakan: “Pengangkatan anak Indonesia oleh Warga Negara Asing selain bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 34, juga merendahkan martabat bangsa”

SELAMAT SENDIRI ATAU MATI BERSAMA

SELAMAT SENDIRI ATAU MATI BERSAMA

Oleh: Jum’an

Kamaishi adalah kota pantai di timur laut Jepang yang berpenduduk sekitar 40 ribu lebih. Ketika terjadi Gempa dan tsunami besar bulan Maret lalu, 1.200an penduduknya tewas. Padahal Kamaishi dilindungi oleh tanggul pemecah gelombang sepanjang 2 km, sedalam 63 meter dan menjulang setinggi 6 meter diatas air. Tembok penahan tsunami yang tahan gempa itu dibangun selama 30 tahun dan baru selesai 3 tahun lalu, dengan biaya 1,5 milyar dollar. Tanggul itu tidak mampu menahan gelombang tsunami setinggi hampir 10 meter, justru gelombang yang dibelokkan oleh tembok itu telah menyebabkan ombak setinggi 18 meter yang melanda daerah disebelahnya. Anehnya Dari 2.900 murid SD dan SMP di Kamishi hanya 5 orang yang tewas; itupun mereka yang tidak masuk sekolah hari itu karena sakit atau pulang lebih awal. Selebihnya selamat. Ternyata itu bukan suatu keajaiban tetapi sebuah hasil karya. Mereka telah dibekali dengan pengetahuan rinci dan latihan intensif menghadapi tsunami.

Sejak 2005 pemerintah Kamaishi telah bekerja-sama dengan ahli-ahli pendidikan manajemen bencana untuk menghadapi bencana karena dari waktu kewaktu kota itu selalu dilanda tsunami. Diantara materi penting dalam pendidikan itu adalah pengamalan semboyan “tsunami-tendenko” – motto yang lahir dari sejarah kota berulang kali dilanda tsunami. Motto itu bermakna “pada saat terjadi tsunami larilah ketempat yang tinggi demi keselamatan sendiri, jangan memikirkan orang lain, bahkan keluarga anda.” Waktu terjadi tsunami yang menewaskan 22.000 orang pada tahun 1896, kebanyakan anggota keluarga berusaha untuk saling membantu tapi akhirnya gagal menyelamatkan diri dari tsunami yang menghancurkan seluruh wilayah. “Tendenko adalah kebijaksanaan berdasarkan kepercayaan dalam keluarga dan memiliki makna yang sangat mendalam” kata ahli rekayasa bencana dari Universitas Gunma, Prof. Toshitaka Katada. Tendenko yang secara harfiah berarti “masing-masing untuk diri sendiri” (each for oneself) terbukti telah menyelamtakan banyak anak-anak sekolah Kamaishi dari bencana. Menyelamatkan diri dengan mengabaikan keluarga? Rasanya dilematis dan tidak manusiawi, baik bagi budaya Jepang yang sangat menghargai orang lain. Apalagi kita-kita: sorga ditelapak kaki ibu, berbuat baik kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat adalah motto dan kewajiban umat Islam.

Tendenko adalah kebijaksanaan lokal yang khas Jepang. Jepang juga kita kenal sebagai negeri asal istilah kamikaze, harakiri dan samurai, yang semua berkonotasi kepahlawanan malalui bunuh diri. Gempa 11 Maret itu juga telah merusakkan reaktor nuklir di PLTN Fukushima dan menimbulkan penyebaran radiasi nuklir yang sangat berbahaya. Untuk menaikkan citra dan memberi kesan bahwa pengamanannya terkendali, pemerintah Jepang pada 13 Noverber 2011 lalu menggelar lomba lari estafet maraton wanita “Fukushima Ekiden Marathon”. Padahal tingkat radiasi di Fukushima sangat tinggi, jauh diatas ambang bahaya. Banyak pihak telah memprotes agar pemerintah membatalkan perlommbaan itu tetapi tetap dilaksanakan. Pesertanya adalah atlit-atlit putri umumnya remaja dari berbagai daerah di Jepang. Untuk mengikuti perlombaan mereka diharuskan menandatangani peraturan, diantaranya “Jika saya mengalami masalah kesehatan dari lomba ini, saya tidak akan menuntut promotor (yaitu pemerintah Jepang)”. Para pengamat menyebut lomba ini “Marathon Mati Bersama” (Die Together Marathon). Mereka menjuluki para atlit remaja itu pasukan kamikaze; tidak beda dengan tindakan Jepang pada PD II. Saat itu tentara merekrut sekitar 300 siswi dan guru SMA di Okinawa guna membentuk tim perawat yang diberi nama “Star Lily Corps”. Ketika pasukan Amerika mendarat, selama 3 bulan pertempuran yang dahsyat para perawat itu ditugaskan di garis depan; melakukan tugas berat yang amat berbahaya dan 224 dari mereka mati. Sebagian bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari tebing. Ini adalah Kamikaze versi perempuan. Sekarang pemerintah Jepang melakukan kegilaan yang sama dengan mengadakan lomba di daerah radiasi Fukushima. Itulah citra Jepang selain semboyan tendenko. Semangat kamikaze!

Bersamaan dengan itu 200 pensiunan insinyur umur 60-70 tahun lebih, telah membentuk tim yang bertekad mengorbankan diri dalam perbaikan reaktor nuklir Fukushima yang sangat berbahaya. Generasi muda harus dihindarkan dari radiasi nuklir betapa kecilpun intensitasnya, kata mereka. Yasuteru Yamada (72) mengatakan: ”Sisa umur saya mungkin sekitar 13 atau15 tahun lagi. Kalu saya terkena radiasi, kanker mungkin baru menjalar 20 – 30 tahun lagi. Kesempatan kami terkena kangker lebih kecil.” Yang lain mengatakan: saya sudah tua saya tidak peduli kalau saya mati. ”Kami bukan kamikaze … Kamikaze itu sesuatu yang aneh, tidak ada manajemen risiko di sana. Mereka niat untuk mati. Tapi kami akan kembali. Kami harus bekerja tetapi tidak mati. Kami tidak istimewa, tetapi logis!” kata Yamada. Anak-anak sekolah Kamaishi yang selamat berkat semboyan tendenko, remaja yang mengorbankan kesehatannya dalam marathon Fkushima dan pensiunan yang merelakan diri terkena radiasi karena sudah tua, semuanya mungkin khas Jepang. Bagi kita, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.