KISAH ASMARA WALLADA
Oleh: Jum’an
Seandainya Wallada sekarang berada diantara kita, tentulah ia merupakan tokoh wanita controversial yang sangat menggegerkan. Dia sangat cantik berkulit langsat dan bermata biru, daya tariknya yang eksotis sangat memikat para pria elit. Dia seorang penyair, dia seorang penulis sekaligus seorang penyanyi. Dia adalah seorang duta asmara. Dia dikenal cerdas, ceria, pandai berbicara. Dan dia muslimah kaya raya putri seorang Gubernur.
Wallada bukan hanya cantik tapi bangga akan kecantikannya. Ia menolak memakai kerudung ditempat ramai, sehingga menjadi gunjingan para ulama. Tetapi daya tariknya mengalahkan segalanya. Di kiri gaunnya ia sulam puisi:
Aku pantas berpangkat tinggi, Wallohi – Kulalui hidup ini dengan bangga,
Dan dibagian kanan:
Cubit pipiku wahai kekasihku – Ciumku untukmu kekasih tercinta
Ia membuka beberapa salon tempat berkumpul para seniman, sastrawan dan para musisi. Ia menjadi sangat terkenal dan dikagumi melalui salon-sastranya itu
Disitulah dia bertemu dan menjalin cinta yang penuh gairah dengan penyair besar Ben Zaydun. Inilah luapan ras cinta Wallada kepadanya:
Cemas aku akan dirimu, kekasihku sayang, bahkan dari penglihatanku sendiri, dari bumi tempat kau berpijak, bahkan dari waktu yang berjalan, mereka akan merampasmu dariku. Seandainya dapat kusimpan engkau dalam biji mataku dan kusembunyikan disitu sampai hari kiyamat datang, cemasku akan kehilangan dirimumu masih tak hilang juga
Wallada juga menulis puisi Bila Malam Tiba untuk Ben Zaydun:
Bila malam tiba tunggu kdatanganku – Karena kutahu, malam adalah
Peyimpan rahasia yang terpercaya. Alangkah manisnya rasa cinta ini
Andai bintang dapat ikut merasakan, Matahari takkan bersinar lagi
Bulan dan benda angkasa apapun Takkan pernah kuasa mengarungi langit malam
Kisah cinta itu retak dan kemudian pecah berantakan ketika Wallada mendapat bisikan dari rival Ben Zaydun bahwa sang kumbang telah berselingkuh dengan seorang dayangnya yang berkulit hitam. Dengar apa yang dikatakan Wallada
Jika benar engkau jujur dalam cinta, yang telah menyatukan kita, tak sepantasnya kau memilih seorang dayangku. Itu artinya, engkau mencemooh cabang yang penuh bunga indah dan memilih ranting yang hanya memberikan buah yang keras dan pahit. Engkau tahu aku ini bulan terang, cahaya dari sorga, tapi kau pilih sebuah planet yang gelap dan kelam.
Sang rival bahkan berhasil memikat Wallada sebagai kekasihnya yang membuat hati Ben Zaydun terbakar dan menlecehkan Wallada dengan kata-kata:
Bagiku engkau hanyalah sepotong daging segar
Yang kucicip sedikit, lalu sisanya kubuang untuk dimakan tikus
Siapakah sebenarnya Wallada ini? Nama lengkapnya adalah Wallada Bint Al Mustakfi Billah, Putri Gubernur Cordoba, Andalusia – Spanyol pada zaman Khilafah Umayyah pada abad ke 11, dari ibu seorang budak Kristen dari Ethiopia
Sampai saat ini sejumlah monument dan patung “los enamorados” (para pencinta) yang dipersembahkan untuk mengenang Wallada masih tampak berdiri. Ia lahir pada tahun 1011 dan meninggal pada tahun 1091. Saya sangat rekomen untuk IUA-wati yang berduit untuk napak tilas kisah cinta Wallada ke Cordoba, sambil umroh …ya sambil umroh… Asmara kan halal.