Bulan: Februari 2012

WEWENANG USKUP DAN BIRTH CONTROL

WEWENANG USKUP DAN BIRTH CONTROL

Oleh: Jum’an

Dalam ajaran gereja Katholik, seperti dinyatakan dalam surat ensiklik Paus Paulus VI tahun 1968 yang berjudul “Humanae Vitae” pembatasan kelahiran (birth control) adalah perbuatan yang terlarang. Tetapi seiring dengan trend masa-kini dan kekhawatiran global akan bahaya ledakan penduduk, ajaran gereja itu makin banyak ditinggalkan oleh pengikutnya. Pemerintah Obama baru-baru ini memutuskan agar institusi Katholik tertentu seperti rumah sakit atau universitas menawarkan asuransi kesehatan yang meliputi jaminan pembatasan kelahiran. Keputusan itu memancing kemarahan para uskup karena dianggap bertentangan dengan hati nurani, sebab pembatasan kelahiran bertentangan dengan ajaran gereja Katholik. Kasus ini cukup peka dan dapat menimbulkan persoalan yang akan mempengaruhi dukungan politik terhadap sang Presiden.

Menurut penelitian 98% wanita Katholik Amerika yang masih subur melakukan praktek pembatasan kelahiran dan 78% umat Katholik disana berpendapat bahwa seorang Katholik yang baik berhak menolak ajaran para uskup tentang pembatasan kelahiran. Tetapi tanggapan gereja tetap bahwa terlepas dari apa yang dipikirkan dan diamalkan mayoritas umat Katholik, pembatasan kelahiran adalah tidak bermoral. Gereja bukanlah sebuah demokrasi yang mengutamakan suara terbanyak. Apa yang diajarkan gereja adalah apa-apa yang dikatakan oleh para uskup (tentu juga Paus sebagai pimpinan tertinggi). Dari mana sebenarnya asal-usul dan dasar klaim bahwa para uskup merupakan pemegang otoritas keagamaan? Siapa yang mula-mula menetapkan hal yang sudah berjalan berabad-abad lamanya itu? Menurut Gary Gutting, guru besar filsafat pada Universitas Katholik Notre Dame, tidak masuk akal kalau para uskup sendiri dapat memutuskannya, bahwa umat harus menerima wewenang mereka karena mereka mengatakan Tuhan yang telah memberikannya kepada mereka. Kita hidup di alam dunia dimana Tuhan tidak berbicara secara langsung dengan kita. Siapa yang tahu dan berhak memutuskan bahwa benar Tuhan telah menunjuk para uskup Katholik itu sebagai yang berwenang?

Menurut Gutting dalam masyarakat demokratis wasit utama otoritas keagamaan adalah hati nurani masing-masing penganut itu sendiri. Jadi bukan para uskup tetapi umat Katholik yang berhak menentukan sifat dan tingkat otoritas para uskup. Merekalah satu-satunya sumber yang sah untuk menentukan keabsahan wewenang keagamaan pemimpin mereka. Bukankah anggota gereja Katholik mengakui uskup mereka sebagai memiliki otoritas penuh dan tunggal untuk menentukan ajaran gereja? Sama sekali tidak, kata Gutting. Mungkin zaman dulu ada saat dimana sebagian besar umat Kaholik menerima uskup sebagai pemilik hak mutlak untuk menentukan doktrin-doktrin teologis dan etis. Zaman itu, jika pernah ada, sudah lama berlalu. Sekarang kebanyakan umat Katholik merasa berhak untuk menolak doktrin yang dituntut oleh uskup mereka dan menafsirkan sendiri kepercayaan yang benar-benar mereka terima. Lebih-lebih dalam hal pembatasan kelahiran, mayoritas umat Katholik telah menyimpulkan bahwa ajaran-ajaran para uskup tidak berlaku untuk mereka.

Hal ini tentu saja merupakan kendala bagi kewenangan para uskup. Mereka, bersama minoritas umat Katolik yang masih taat pada mereka menyebut mayoritas yang pro birth-control sebagai “Katholik kafetaria” atau hanya “Katholik adat” dan mensiratkan bahwa “Katholik yang benar ” hanyalah mereka yang menerima ajaran-ajaran uskup mereka secara utuh. Apapun pendapat dan sikap umat Katholik, kenyataan menunjukkan bahwa para uskup melakukan kontrol yang efektif terhadap gereja. Dalam banyak hal memang demikian, tetapi hanya sebatas dimana para anggota gereja menerima otoritas mereka. Kewenangan uskup hanya dapat dilaksanakan secara moral dan tidak dengan kekuasaan atau politik. Klaim para uskup tentang wewenang untuk mengatur pembatasan kelariran, telah batal karena umat Katolik telah dengan tegas menolaknya. Pembatasan kelahiran yang dianggap tak bermoral tidak lagi menjadi ajaran Gereja Katolik. Ini adalah pendapat “orang dalam” yaitu Gary Gutting yang kecuali beragama Katholik juga guru besar filsafat pada Universitas Katholik Notre Dame.

DOA SEORANG PETINJU

DOA SEORANG PETINJU

Oleh: Jum’an

Saya selalu merasa resah bila menyaksikan dua petinju saling berdoa untuk kemenangan masing-masing sebelum bertanding. Apalagi bila keduanya berbeda agama. Lalu disusul dengan saling hantam tanpa ampun dan belas kasihan; yang bisa saja menyebabkan gegar otak atau alzheimer dihari tua mereka. Resah oleh godaan fikiran kepada siapa Tuhan berpihak. Bukankah memohon kemenangan untuk diri-sendiri sama dengan memohon kekalahan untuk lawannya? Semoga Tuhan membantu untuk meng-knockout lawan-mainnya yang bisa saja berarti retak tengkorak, masuk rumah sakit atau mati? Seandainya ada orang bijak yang dapat menerangkan dengan jelas bahwa tidak ada konflik antara bertinju dan berdoa, saya tetap merasa resah. Berdoa adalah pernyataan diri tidak berdaya, tunduk dan memohon kekuatan atau belas kasihan dari Yang Maha Kuasa agar maksud dan tujuannya tercapai. Dengan kerendahan hati, disertai sikap pasrah.

Sedangkan semangat bertinju adalah membanggakan diri, mengintimidasi, menantang, merangsek dan menyerang. Menggunakan tipuan dan kekuatan untuk memukul sekeras-kerasnya agar lawan terkapar dan tidak dapat bangun lagi. Ia harus berani, kuat menahan rasa sakit dan tetap tenang menghadapi tekanan. Untuk meraih kemenangan, menikmati pujian dan tepuk-sorak penonton sambil menengadah keatas sebagai deklarasi bahwa ia bukan makhluk sembarangan. Itulah nikmatnya kita menonton pertandingan tinju. Moralitas dunia tinju adalah ambisi, supremasi, kemenangan dan ketenaran. Mengalahkan lawan dan menghidari kekalahan. Seberapa besar kekaguman orang terhadap dirinya, itulah ukuran prestasinya. Tidak peduli ia mempunyai niat baik atau beriman (kalau berdoa dianggap ciri orang beriman) atau tidak. Sebaliknya semangat berdoa adalah berserah diri, bersujud dan memohon. Keduanya jelas berseberangan, beda dan berlawanan. Semangat bertinju tidak mungkin didamaikan dengan iman dan doa. Nafsu mengalahkan orang lain tidak bisa dicampur-adukkan dengan semangat berserah diri kepada Tuhan. Setidaknya dalam hal bertinju, yang satu-lawan satu. Orang yang beranggapan bahwa tidak ada konflik antara keduanya adalah gegabah. Akibatnya semangat pertinjuan, disadari ataupun tidak, telah meresap dan menjalar kedalam pola pikir kita dalam menjalankan bisnis dan berpolitik. Bahkan dalam persaingan akademis. Kalau mau menang, robohkan lawan; jangan sekali-kali diberi kesempatan.

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, dari setetes cairan dan tiupan ruh dari Alloh swt. Keduanya mempunyai sifat dan tuntutan sendiri-sendiri. Orang yang beriman diharuskan menempatkan diri dan menjaga keseimbangan diantara keduanya. Salah satu hadis nabi menerangkannya dengan jelas. “Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup abadi dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok”. Tetapi melihat orang berdoa sebelum saling jotos, tetap saja meresahkan hati saya. Anda?

KEHAMILAN BUKAN PENANTIAN

KEHAMILAN BUKAN PENANTIAN

Oleh: Jum’an

Apakah yang menyebabkan kita tumbuh dewasa seperti yang sekarang ini? Rambut keriting, kacamata tebal, sering flu dan penyedih? Yang lain rentan diabetes, cerdas dan sinis. Ada pula yang 5 dari 6 bersaudara matinya karena sakit jantung. Yang lain sehat sampai tua. Mungkin karena DNA yang kita warisi dari orang tua. Atau kondisi masa kecil: bagaimana kita diperlakukan dan apa yang kita makan. Atau dari pilihan gaya hidup sesudah dewasa; pola makan dan pergaulan. Atau, seperti yang ditulis Annie Murphy Paul di dalam bukunya: ORIGINS -How the Nine Months Before Birth Shape the Rest of Our Lives? Bahwa banyak ciri-ciri pribadi kita seperti kesehatan, kecerdasan dan temperamen dipengaruhi oleh kondisi sebelum kita dilahirkan yaitu waktu kita masih berbentuk janin dalam rahim ibu. Annie yang seorang jurnalis ilmiah, menjelajah lab-lab, mewawancarai ahli janin dari seluruh dunia, dan menelusuri data-data kesehatan dari masa lampau. Sembilan bulan dalam kandungan, tulisnya, merupakan periode yang paling berat dari hidup kita, yang akan mempengaruhi jaringan syaraf otak dan fungsi organ seperti hati, jantung dan pankreas kita secara permanen. Nutrisi yang kita terima di dalam rahim, polutan, obat-obatan yang kita hadapi dalam kandungan, kesehatan ibu dan keadaan pikiran saat dia mengandung kita – semua membentuk kita sejak bayi dan terus mempengaruhi kita sampai tua. Kehamilan 9 bulan bukanlah sekedar penantian untuk merayakan lahirnya si cahaya mata, tapi satu periode sangat penting, masa pembentukan dan medan pertahanan bagi kekuatan, kesehatan dan kesejahteraan seumur hidup anak itu. Seorang ibu hamil tidak hanya berpotensi membahayakan janinnya, tetapi merupakan sumber pengaruh pada masa depan anak yang sekarang dikandungnya, jauh lebih kuat dan positif dari yang kita duga.

Dalam pewayangan dikenal tokoh Gatutkaca, ksatria yang kuat perkasa sehinga dijuluki “otot kawat tulang besi”. Waktu masih bayi konon ia diceburkan kedalam kawah Candradimuka di gunung Jamurdipa. Para dewa lalu melemparkan segala jenis pusaka kedalam kawah itu yang kemudian lebur dan menyatu dengan anak itu. Kemudian iapun muncul kepermukaan sebagai ksatria gagah perkasa. Begitu kira-kira gambaran rahim ibu hamil. Tempat janin bertahan dari kontaminasi dan tempat ia menyerap segala khasiat dan pusaka dari sang ibu agar ia sehat kuat dan sejahtera sampai tua.

Duapuluh tahun lalu, Dokter David Barker melihat korelasi yang aneh: wilayah-wilayah termiskin di Inggris justru mempunyai tingkat penyakit jantung yang tertinggi. Padahal penyakit jantung erat hubungannya dengan kemakmuran, gaya hidup mapan dan makan enak. Iapun meneliti secara serius kesehatan 15.000 orang dewasa disana. Setelah membandingkan kesehatan mereka dengan berat mereka waktu lahir ia menemukan hubungan yang tak terduga antara ukuran kelahiran kecil (yang merupakan indikasi kehamilan ibu miskin) dan penyakit jantung di usia pertengahan. Barker menduga, dengan pasokan makanan yang tidak memadai, janin mengalihkan nutrisi yang diterimanya ke organ yang paling penting yaitu otak, dan mengurangi jatah organ lain dari tubuhnya – kekurangan yang beberapa puluh tahun kemudian harus dibayar dalam bentuk jantung yang melemah.

Catatan kesehatan dari 88.000 orang yang lahir di Yerusalem antara 1964-1976 menunjukkan bahwa anak-cucu dari wanita-wanita yang sedang mengandung dua bulan pada Juni 1967 – saat Perang Enam Hari Arab-Israel – terbukti banyak yang menderita kelainan jiwa schizofrenia waktu remaja. Demikian pula hasil penelitian 30 tahun dari keturunan perempuan dari Anhui-China, yang hamil pada pertengahan abad 20 ketika terjadi kelaparan dan gizi buruk disana, banyak yang menderita schizofrenia.

Gagasan untuk memperdengarkan musik keperut ibu hamil untuk menghibur janin seperti sering kita dengar, adalah tindakan yang sembrono. Pembentukan dan pencetakan yang terjadi dalam rahim jauh lebih penting dan berdampak dari itu. Semua yang dialami seorang wanita hamil sehari-hari, udara yang ia hirup, makanan dan minuman yang dikonsumsi, bahan kimia disentuh, bahkan emosi yang ia rasakan – di share dengan janinnya. Semuanya diserap menjadi bagian dari darah dagingnya. Yang diserap janin dalam rahim bukanlah alunan musik tetapi yang jauh lebih penting demi kelangsungan hidupnya: Apakah akan lahir ke dunia dengan sejahtera atau serba kekurangan. Apakah akan aman dan terlindungi, atau menghadapi bahaya dan ancaman terus-menerus. Apakah akan hidup mujur sampai tua atau berumur pendek dan sakit-sakitan.

Mau anak anda sekuat Gatutkaca? Bacalah Origin – Bagaimana 9 bulan dalam kandungan membentuk hidup kita sampai tua.

KOPI, SENYUM DAN KREATIFITAS

KOPI, SENYUM DAN KREATIFITAS

Oleh: Jum’an

Seluruh pagi, siang dan sore hari sudah kujual demi sebulan gaji. Tak ada lagi yang tersisa untuk menegur tetangga atau jalan sore-sore. Terhuyung-huyung bangun kesiangan, mandi kilat dengan busa sabun masih di telinga, berpakaian sejadi-jadinya, berdesakan dan sikut-menyikut sesama penumpang biskota dan sampai dikantor dengan perasaan tegang. Mungkin membaca koran sebelum mulai kerja akan menurunkan tegangan! Tetapi berita yang ada hanya mengecilkan hati, memualkan perut, menimbulkan kecemasan dan putus asa; semuanya menambah stress dan depresssi. Tetapi bismillah; siapa tahu secangkir kopi panas akan mencerahkan pikiran untuk mulai bekerja, menyelesaikan masalah hari ini. Rutinitas pagi seorang pegawai seperti saya, sungguh menjadikan otak ini bantat, tidak mengembang, tidak lentur dan tidak kreatif.

Ternyata ritual pagi seperti diatas sangat berlawanan dengan kondisi yang dianjurka ahli-ahli syaraf dan psikolog untuk merangsang cara berfikir yang fleksibel dan terbuka. Menurut penelitian, ide imajinatif paling besar kemungkinannya datang ketika pikiran kita sedang mengambang dan tidak fokus. Pada saat itu proses mental untuk mencegah pikiran-pikiran yang mengganggu dan tidak relevan sedang dalam keadaan lemah sehingga memungkinkan terjadinya koneksi yang tak terduga dan kadang-kadang memberikan inspirasi. Ketika kita terkantuk-kantuk, fokus perhatian kita merenggang dan buyar, sehingga memperluas ruang pencarian melalui jaringan pengetahuan kita. Ruang pencarian yang mengembang ini menyebabkan peningkatan kreatifitas kita. Kalau kita tidak mau mengikuti pengembaraan pikiran kita yang berliku-liku, kita akan kehilangan solusi yang mengejutkan yang mungkin kita jumpai. Begitu kata Mareike Wieth dan Rose Zacks, sang peneliti. Stress yang saya alami sejak pagi dikantor, katanya dapat merusak myelin, sejenis pelapis syaraf dalam otak. Kerusakan myelin ini akan menurunkan kecepatan pancaran sinyal antar neuron, sehingga kecil kemungkinan kita menemui momen-momen “percikan inspirasi” yang terjadi secepat kilat.

Menurut penelitian lain oleh Ruby Nadler dan rekan-rekannya, orang yang menonton video-clip singkat yang menimbulkan rasa sedih, kurang mampu memecahkan masalah secara kreatif dibanding orang yang menonton video-clip optimis. Suasana hati yang senang, kata Ruby Nadler, meningkatkan “fleksibilitas kognitif,” sedangkan suasana hati yang sedih mempersempit cakrawala mental kita. Kalau hari ini kebetulan anda menonton video tentang tsunami, besok-besok anda cari video lucu di internet dan tersenyumlah. Dan rasakan bedanya… Mungkin hanya satu dari ritual pagi saya yang bisa dibenarkan yaitu minum secangkir kopi panas. Kafein disamping menjadikan kita terjaga dan waspada, juga menaikkan tingkat dopamine dalam otak, yaitu hormon penghantar sinyal antar sel syaraf yang memberikan perasaan gembira ketika kita mendapat ide yang bagus.

Mungkinkah kita menata-ulang ritual pagi kita untuk meningkatkan kreatifitas kerja kita? Bagaimana kalau kita bangun sedikit lebih awal bermalas-malas dulu ditempat tidur untuk memberi kesempatan pikiran kita mengembara kemana saja, siapa tahu ketemu ide cemerlang? Mandi jangan pula terlalu cepat. Bersihkan itu bagian belakang telinga dan punggung yang berdaki. Guyur kepala berlama-lama dan jangan sekali-sekali memikirkan pekerjaan. Siapa tahu kilatan ilham menyambar. Jangan melawan hiruk pikuk dan kemacetan lalu lintas tetapi pasrah dan ikut arus saja. Sampai dikantor jangan membaca koran tetapi buka websites dan cari video-clip yang lucu-lucu. Jangan lupa… secangkir kopi panas. Siapa tahu kreatifitas meningkat.