TEPAT WAKTU DAN EGOISME

TEPAT WAKTU DAN EGOISME.

Oleh: Jum’an

Hari Minggu yang lalu saya tidur bermalas-malasan hampir sehari penuh, sehingga malamnya mata saya melotot sampai jam 4 pagi. Saya lalu berwudu, menunggu untuk solat subuh tetapi sebelum azan terdengar saya terlanjur hanyut dalam mimpi. Saya terbangun oleh dering HP disamping telinga. Ya halo, siapa ini? “Saya Abu pak, didepan pintu”. Sopir minta dibukakan pintu pagar; ternyata sudah jam 7.30 dimana biasanya saya sudah siap berangkat kekantor. Terhuyung-huyung karena roh belum benar-benar terkumpul saya membuka pintu agar Abu bisa memanaskan mobil. Sambil memikirkan alasan apa yang akan saya kemukakan nanti, saya pun mandi dan berpakaian. Mandi dan berpakaian hanyalah judulnya. Rinciannya dari A sampai Z sungguh panjang; dari mengambil anduk, buang air, mandi, sikat gigi, cukur janggut, wudu, andukan, solat subuh (jam 8 lebih apa boleh buat!), berhias, berpakaian (terdiri dari 6 langkah dari memakai cenana dalam sampai memakai kaos kaki dan sepatu) tanpa minum kopi. Belum termasuk mengumpulkan dompet, flash disk, HP, pakai deodoran, kacamata, arloji, mematikan lampu dll. Kesibukan yang padat dan menegangkan karena semua dilakukan dengan tergesa-gesa. Akhirnya sampailah saya dikantor dengan kelambatan hampir 2 jam.

Kalau anda bersabar untuk tidak cepat-cepat menghakimi, sebenarnya peristiwa seperti itu bukan hanya sekali dua kali terjadi. Yang sering karena tidur terlalu malam atau sekedar ingin nyambung tidur lima menit saja, tapi kebablasan. Ada kalanya kita bangun pagi badan terasa lemas tak bertenaga karena kurang gizi. Tidak bisa tepat waktu dapat disebabkan kemalasan, kurang pandai mengira-ira waktu, terpaksa atau mungkin juga karena rasa tanggung jawab. Rasa tanggung jawab? Ya! Ibu-ibu yang perfeksionis belum mau mengerjakan sesuatu yang lain sebelum suatu urusan benar-benar selesai. Kantor boleh menunggu tetapi mempersiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak yang mau sekolah harus beres lebih dulu. Sore hari, suami silahkan menunggu tapi urusan kantor harus benar-benar beres, semuanya harus tuntas-tass!. Tidak tepat waktu bisa terjadi pada semua orang, termasuk juga para pimpinan. Mereka karena punya kekuasaan yang lebih, tidak usah repot-repot menjelaskan apa sebabnya. Bahkan ada diantara mereka yang sengaja tidak menepati waktu semata-mata mau unjuk kuasa, bahwa mereka bisa menyiksa orang lain dengan menunggu berlama-lama. Itu memberikan kepuasan baginya karena kekuasaan yang dimilikinya benar-benar terasa berdampak bagi bawahannya. Lalu dengan santai ia katakan terlambat karena urusan penting. Titik. Egois bukan?

Terlambat masuk kantor tidaklah dosa-dosa amat kalau kita tengok apa kerja mereka yang selalu datang tepat waktu. Mereka ketoilet dulu setengah jam, twitteran atau chatting sambil minum kopi atau membaca koran. Bahkan ada karyawan yang keluar kantor katanya sebentar mau potong rambut. Ia beralasan karena rambutnya tumbuh selama jam kantor, wajar kalau dia memotongnya pada jam kantor juga. Penyebab lain bagi keterlambatan yang kronis adalah ketidak-mampuan kita memutus kesenangan yang sedang kita nikmati dan memulai sesuatu yang seharusnya kita kerjakan. “Tar dulu! Ini acara talk-show hampir selesai” padahal taksi sudah lama menunggu, semacam godaan yang mengasyikkan. Tetapi menepati waktu adalah nilai yang terpuji sepanjang zaman, diakui oleh para panglima dan orang-orang bijak. Mungkin tulisan diatas terasa agak melecehkan. Maaf. Itu hanyalah kisah manusia yang mentertawakan kelemahan dirinya seperti kisah indahnya perselingkuhan meskipun kita tahu itu dosa.

Dalam kehidupan yang sarat dengan komunikasi, kegiatan sosial, hubungan persahabatan dan berbagai kewajiban, ketepatan waktu merupakan suatu keharusan. Kalau anda tinggal di Bekasi misalnya dan suatu kali harus bertugas ke Menado, anda akan tahu betapa keterlambatan itu bisa fatal. Jadwal penerbangan ke Menado adalah jam 5 pagi dari Cengkareng. Anda harus sudah ada di airport 2 jam sebelumnya. Itu artinya anda harus sudah bangun jam 1 malam untuk bersiap-siap dan berangkat dari rumah jam setengah dua. Atau lebih baik anda tidak usah tidur saja. Itu harus kalau anda mau sampai di Menado jam 9 pagi dan terus bekerja. Itu harus. Kalau anda terlambat, percayalah reputasi anda akan hilang atau bisa-bisa anda dipecat. Better three hours too soon than a minute too late. Begitu tulis William Shakespeare.

Tinggalkan komentar