BURUNG CAMAR DAN KUPU-KUPU

BURUNG CAMAR DAN KUPU-KUPU

Oleh: Jum’an

Ustadz Yusuf Mansur tentu tidak mengambil Bill Gates sebagai contoh sukses karena sodakoh. Jutawan yang satu ini lebih cocok sebagai contoh sukses kerja keras dan putar otak. Dan saya yang serba tanggung otak dan imannya hanya bisa gemas dan iri karena tidak bisa mencapai satupun dari keduanya.

Dunia ilmiah yang serba rasional telah memberikan saya dua bekal: sedikit ketrampilan mencari nafkah dan kemudahan mengagumi kebesaran Alloh. Jagat raya dengan sistim tata suryanya, manusia dengan rahasia jasmani dan akal-budinya, dunia atomis dengan gelombang dan energinya, adalah sumber yang penuh dengan tanda-tanda kebesaran Alloh. Serba dinamis, canggih dan rapih.

Sebenarnya para ilmuwan sudah sejak lama mengamati adanya keganjilan dan penyimpangan disana-sini, tetapi disapu kebawah tikar diangap sekedar kurang akurat dalam menghitung dan mengukur. Tetapi pada tahun 70 an, ketika sisi aneh ini makin menjadi momok ilmu pengetahuan, mereka menelitinya lebih dalam. Ternyata ketidakteraturan itu memang melekat, bawaan alamiah. Yang paling menarik untuk dikaji adalah pola perubahan cuaca.

Komputer cuaca tebesar dunia di Eropah melakukan 400 juta kalkulasi perdetik. Input dari 100 juta pengukuran cuaca harian dari seluruh dunia diproses selama tiga jam tanpa henti, untuk menghasilkan ramalan cuaca selama 10 hari. Tetapi hasil ramalan sesudah hari kedua dan ketiga mutunya spekulatif dan ramalan sesudah hari keenam dan ketujuh, hasilnya tidak bisa diandalkan.

Itulah mungkin alasan mengapa penyiar televisi Malaysia dan Brunei selalu mengucapkan ”wallohu a’lam bissawaab” setelah menyiarkan ramalan cuaca.

Alam yang sebelumnya dianggap bergerak dengan teratur, periodik seperti sebuah jam raksasa, ternyata mempunyai sisi lain yang misterius. Bukan hanya cuaca yang yang berkelakuan aneh. Tetapi juga planet-planet yang tiba-tiba melesat dari garis edarnya. Fluktuasi populasi margasatwa. Kematian mendadak oleh kekalutan pada jantung manusia yang tak bisa diterangkan. Para ilmuwan kemudian mencari pola hubungan antara berbagai ketakteraturan itu yang akhirnya tertuang dalam teori tentang chaos (baca: keos –yang artinya kacau).

Tanpa melihat rumus matematisnya, teori chaos secara simbolis mengisyaratkan bahwa getaran sayap kupu-kupu di Brazil dapat memicu terjadinya badai tornado di Teksas. Satu kepak sayap burung camar dapat merubah arah cuaca untuk selamanya. Oleh suatu sebab penyimpangan kecil dapat terjadi perubahan besar.

Chaos tidak selalu berkonotasi negatif sebagai penyebab bencana atau bahkan kiamat. Chaoslah yang menjadikan alam raya yang semula berupa asap (Al- Fusshilat, 41: 11) berubah menjadi hunian manusia, fauna dan flora yang ramai. Menurut Roger Johnston dari Los Alamos National Laboratory dan konsultan IAEA, proses chaos jugalah yang menyenjadikan setiap manusia pribadi yang unik dan tak ada yang sama. Bukan proses ilmiah ”tradisional”.

Apabila teori chaos ini valid dan
merambah semua bidang, bagaimana nasib ilmu pengetahuan klasik yang telah mendasari perkembangan kebudayaan manusia sejauh ini? ”Where chaos begins, classical science stops” kata James Gleick penulis buku tekenal: Chaos; Making a New Science.

Menarik rasanya untuk memandang teori chaos dari sudut kemusliman kita. Sebagai muslim yang awam saya melihat teori tentang penyimpanga dari keteraturan hukum alam, sama seperti saya memahami takdir dan hukum sebab akibat. Bila takdir harus terjadi, chaoslah yang mengambil alih menempuh jalan pintas untuk sampai ketujuan. Disebut diatas, chaos dan hukum alam sama-sama melekat pada alam ciptaan Alloh. Jadi chaos adalah bagian kuasaNya juga.

Kalau kesan saya dangkal dan gampangan, tidak apa karena hanya sampai disitu pencernaan saya. Tetapi para teorist chaos juga menghubung-hubungkannya dengan determinisme dan kehendak bebas, yang dalam bahasa santrinya, antara pengertian qodariyah dan jabariyah.

Alam tanpa chaos seperti coin bermuka sebelah. Tidak utuh. Mungkin chaos adalah bukti kekuasaan Alloh yang perlu lebih dicermati lagi. Wallohu a’lam.

Satu tanggapan untuk “BURUNG CAMAR DAN KUPU-KUPU

Tinggalkan komentar